Saturday 23 April 2011

Masyarakat Sudah Jenuh Dengan Melayu

Kontan saja Youtube menelurkan talentanya dan membuat industri music nasional berguncang. Kehadiran Norman Kamaru atau yang kita kenali dengan Briptu Norman dengan video lipsingnya kembali menggugah industri music yang sedang tentram dan terasa stagnan. Sesungguhnya Briptu Norman bukanlah seorang musisi yang pandai dalam menciptakan syair-syair ataupun pengolah 7 tangga nada, ia adalah seorang anggota brimop yang terbiasa dengan olah fisik dan sejenisnya; Akan tetapi video lipsingnya mampu menyihir jutaan rakyat Indonesia dengan video simplenya. Sebelum hadirnya Briptu Norman, kita telah disuguhi dengan kehadiran 2 dara asal Bandung yakni Sinta – Jojo yang sukses melipsing salah satu lagu dangdut. Berawal dari keisengan mereka dalam membuat video dengan mengunakan fasilitas webcam, mereka berhasil mengguncang dunia musik sehingga mereka pun di kontrak banyak pihak. Sinta – Jojo lagi-lagi bukanlah musisi yang terbiasa mengolah nada-nada ataupun pencipta syair yang handal, namun mereka sukses menembus ketatnya belantika musik Indonesia. Dan sekarang yang patut di pertanyakan adalah, kenapa mereka dengan mudah bisa merebut jutaan perhatian masyarakat musik Indonesia?

Melihat fenomena macam ini saya berpikir sejenak, apakah ini bentuk dari kejenuhan masyarakat terhadap musik-musik yang disuguhkan pada layar kaca? Ketika genre melayu diberikan porsi sangat dominan seakan tak memberikan ruang kosong untuk genre lainnya di televisi kesehariannya. Hampir disetiap acara music yang hadir pada pagi hari, pasti akan ada selalu genre melayu di setiap sesinya, entah itu band-band lama yang sudah kerap aral melintang ataupun band-band baru yang mencoba menaklukan dunia musik Indonesia. Mereka bernyanyi dengan intonasi dan nada yang hampir serupa ataupun dengan gaya-gaya yang saling menyerupai. Tak ada yang salah dengan musik melayu namun porsinya yang salah. Saat ketika muncul Briptu Norman ataupun Sinta – Jojo dengan musik yang berbeda, meskipun mereka hanya lipsing, seolah-olah masyarakat melihat cahaya dalam kegelapan. Masyarakat memberikan perhatian yang lebih karena masyakat sudah jenuh dengan penampilan musik melayu yang diluar batas. Penampilan Sinta – Jojo dengan “Keong Racun” serta Biptu Norman dengan lagu Indianya seakan memberikan warna tersendiri pada padangan masyarakat. Masyarakat diberikan alternative pilihan ketika mereka sedang dalam kondisi bosan yang statis.

Oleh karena itu, alangkah lebih baiknya kalau media-media mainstream di Indonesia mulai mengurangi porsi melayu di layar kaca dan memberikan tempat yang lebih banyak untuk aliran lain yang lebih beragam. Bukankah sebuah kerugian bagi media tersebut apabila masyarakat sudah jenuh dengan suatu hal dan kemudian mereka akan ditinggalkan. Hitunglah berapa banyak kerugian yang akan dihasilkan dengan kehilangan perhatian para pemirsanya. Banyak aliran lain yang selama ini kurang diberikan porsi semisal rock, jazz, punk, ataupun sub-genre musik lainnya. Tak adalahnya memberikan alternative lain kepada masyarakat agak masyarakat tak buta dan memberikan kesenangan kepada masyarakat yang tengah berada di carut marutnya kehidupan berbangsa dan bernegara. Bukankah salah satu fungsi media adalah sebagai penghibur? Semoga Masyarakat kita kian baik dan dewasa.

Saturday 9 April 2011

Batik Trans Solo dan Indahnya Pagi

9 April 2011 adalah suatu hari dimana gw kembali bangun pagi dan menikmati pagi. Biasanya gw bangun pagi, mandi, makan, berurus dengan persiapan kuliah, balapan dengan si hitam, dan masuklah pada ruang kelas. Ini pertama kalinya setelah entah berantah kapan gw terakhir kali memperhatikan pagi dengan seksama. Hari ini gw bisa menikmati menikmati pagi karena pagi ini gw harus mengikuti malam pengakraban dengan crew 107.7 Fiesta Fm. Sebuah radio kampus berbahaya dan sangat militan, sangat layak untuk anda dengarkan ketika ada disekitar Universitas Sebelas Maret.

Pagi ini gw bangun seperti biasa, tetap dengan keadaan telat bangun. Janji pukul 08.00 kumpul, 07.15 gw baru terjaga dari tidur gw yang singkat. Lanjut mandi dan bla bla bla sampai pada akhirnya jalan keluar rumah pukul 07.30. Saat itu sedikit berbeda karena gw gak bawa motor dan sangat indah sekali pagi hari tak sedang bersama si hitam. Menuju UNS kali ini, gw menggunakan transportasi umum yang pertama kali gw naiki yakni Trans Batik Solo. Yeah, it's like another busway in Yogyakarta or in Jakarta namun yah pelayanannya sangat jauh dari standar. Tak masalahlah dengan pelayanan yang tak maksimal karena sudah menjadi rahasia umum bahwa kendaraan umum memang tak ada yang maksimal. Duduk di bangku paling belakang sebelah kanan dan langsung menyalakan Ipod sebagai soundtrack perjalanan kali ini. Tersadar gw bahwa langit sangat biru dan awan yang mengumpal membundel dengan bulat di angkasa. Sangat kontras dengan atap-atap bangunan di Kota Solo yang cukup klasik bernuansa kontemporer. Tersadar bahwa ini sangat indah bagi bola mata gw dan inilah salah satu wujud kekuasaan ALLAH SWT. Setiap pagi gw ternyata melewati ini, sebuah pemandangan sehari-hari yang sangat simple namun kita lupakan. Terlalu sibuknya akan hal-hal besar dan berbahaya membuat kita terlena akan hal-hal kecil tersebut dan melupakaan itu semua. Sebuah keindahan yang tiap hari bisa kita rasakan dan nikmati namun kita menyianyiakan moment tersebut. 

Semoga dengan ini gw makin jeli dengan hal-hal disekitar gw dan kian bersyukur gw dengan apa yang diberikan oleh ALLAH SWT terhadap diri gw.

Thursday 7 April 2011

Apakah Saya Sudah Tua?

Beberapa hari yang lalu ketika sedang bertandang ke Yogyakarta, tepatnya hari sabtu tanggal 2 April 2011 di JEC. Sekelebatan pemandangan yang mengaharukan, bagi gw pribadi, hadir kembali kedalam jarak pandang gw. Seorang bapak yang sedang menggotong anaknya yang masih balita menaiki tangga. Sang bapak tersebut nampak, entah emang bermuka lusuh atau sedang letih, sang bapak tetap membopong anaknya itu menaiki tangga yang tak cukup tinggi namun cukup melelahkan tampaknya. Menurut gw pribadi cukup tampaklah sang bapak sangat menyayangi dan mengasihi anaknya itu.

Foto by I Wayan Gilang Aditya Subawa
Entah kenapa setiap gw melihat pemandangan antara bapak dan anaknya yang kecil, gw selalu terenyuh sepenuhnya. Apakah ini sebuah pertanda gw sudah tua? Apakah ini tanda bahwa gw menyukai anak kecil? Apakah gw memang orang yang melankolis? Ataukah gw sudah mulai memikirkan siapa kelak anak didalam sperma ku ini? Mungkin bagi orang lain hal semacam ini adalah sebuah pemandangan yang biasa saja, namun bagi gw ini adalah sebuah pemandangan yang sangat humanis. Dimana bapak bertindak sebagai kepala rumah tangga, bertugas melindungin segenap anggota keluarganya. Membahagiakan dan mengarkan keluarganya adalah sebuah tugas yang diemban sebagai kelapa keluarga. Selama ini hanya Ibu saja yang di ekspose, pencitraan ibu sangat kencang berhembus dan digalakan bahwa "Surga ditelapak kaki Ibu" namun seberapa banyak orang yang mengabarkan atau menceritakan tentang ayah/bapak? Tak banyak dan sedikitlah yang menceritakan tentang sosok lelaki tangguh sebagai kepala keluarga kita. Padahal Bapak memiliki posisi yang cukup penting dalam kehidupan kita. bagaimana dia mengawasi kita dari kejauhan tanpa kita sadari. Terlalu banyak cerita tentang sosok kepala keluarga ini. Selalu akan ada cerita bagi sosok yang satu ini. Entah suatu hari ini gw akan menjadi kepala keluarga atau apalah, yang jelas gw sangat sensitifkan hal ini.

Selain dari suduk yang kepala, gw selalu tertarik akan anak belita yang sedang dibawa sang bapak. Entah kenapa seorang anak yang dekat dengan bapaknya tampak lebih bahagia atau fresh ketimbang pemandangannya. Gw terlintas dalam onak gw, akankah suatu saat nanti anak gw kelak akan bisa dekat dengan saya? akankah anak gw kelak bisa membuka segala isi hatinya, bercerita kepada gw apa adanya? Gw berpikir suatu saat nanti anak gw kelak harus bisa lebih bahagia ketimbang gw, lebih cerdas dari pada gw, ataupun lebih bermoral dari pada gw. Ingin sekali gw mengantarnya kesekolah, menyuapinya bermain, melihat anak gw kelak tumbuh besar menjadi anak yang riang, bersemangat, bermental positif, dan bisa meraih cita-citanya. Mungkin ini terlalu dini bagi gw untuk memikirkan ini, namun salah satu hal yang sering gw pikirkan adalah ini. Hampir disetiap perjalanan gw ke kampus, gw terpikirkan oleh itu. Entah apa kata orang lain yang berpikir gw ini tua ataupun konservatif, namun This is me!

"TERIMA KASIH KEPADA KEDUA ORANG TUA KU TERUTAMA BAPAKKU YANG SENANTIASA MENGINGATKAN KU UNTUK SOLAT 5 WAKTU"

Monday 4 April 2011

Berbeda dan Merdeka 100%

Berbeda dan Merdeka 100% adalah sebuah gerakan sosial budaya yang dilakukan secara sukarela, menyebar, dan mandiri di berbagai daerah di Indonesia. Para seniman street art di berbagai kota membuat mural, grafiti, menempel poster, stiker dan berbagai kegiatan artistik lainnya di ruang kota masing-masing secara serentak pada 13 Januari 2011. Kegiatan ini masih terus bergulir hingga sekarang. (ARTWORK)

Berbeda dan Merdeka 100% adalah seruan sederhana untuk mengingatkan semua orang agar tetap menghargai dan memberi ruang bagi perbedaan dan untuk tetap menjadi orang-orang yang merdeka. Sebagai bentuk sikap dan pilihan untuk TIDAK DIAM atas terjadinya berbagai tindak kekerasan yang terjadi baik secara simbolik maupun fisik di tanah air akhir-akhir ini, kami mengajak teman-teman semua untuk menyerukan perdamaian pada Minggu, 17 April 2011.

Seruan Berbeda dan Merdeka 100% sangat bebas diaplikasikan dalam berbagai cara dan tindakan yang sederhana dan mandiri. Kegiatan ini terbuka untuk siapa saja yang percaya bahwa menghargai perbedaan dan menjadi merdeka adalah prinsip mendasar bagi masyarakat yang menjunjung tinggi demokrasi. Tidak hanya melalui karya artistik, kegiatan ini bisa dilakukan melalui beragam kegiatan individu, kelompok, maupun komunitas; baik dalam skala kecil maupun besar. Karena keberagaman harus terus diingatkan kepada seluruh lapisan masyarakat sehingga hidup berdampingan dengan yang berbeda secara damai bukan hal yang mustahil.

Kalau kamu menghargai keberagaman dan kemerdekaan, serta menolak kekerasan, maka kamu sudah menjadi bagian dari gerakan Berbeda dan Merdeka 100%, karena kegiatan ini:
  • Bisa jadi milik siapa saja
  • Siapa saja bisa ikut
  • Bebas untuk ditiru dan dikembangkan
  • Tidak untuk dikomersilkan
  • 100% tanpa kekerasan dan paksaan
WEBSITE: Berbeda dan Merdeka 100%

Sunday 3 April 2011

KickFest: The Catton Warriors Strikes Back!! 2011 (2nd day)

Well, this is another clothing exhibition in Yogyakata. Setiap tahun minimal 1x diselenggarakan di Jogja Expo Center. Kick Fest kali ini bertajuk The Catton Warriors Strikes Back!! dan berlangsung dari tanggal 1-3 April 2011. KickFest tahun menurut saya sangat menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Penurunan terjadi karena Brand-brand yang hadir tak begitu banyak, tak begitu banyak alternatif acara seperti tahun lalu, harga tiket yang naik 2rb perak, dan TAK ADA DISKON YANG SINTING! Apakah yang dicari dan dibutuhkan oleh rakyat kecil pas-pasan yang ingin tampil trendis selain KORTINGAN HARGA TAK BERMORAL? Namun sudahlah lupakan itu semua ketika anda membayar Rp. 10.000,- dan melihat para musisi yang hadir di acara kali ini. Sangat sebanding bahkan ini sangat murah. Bisa menyaksikan Burgerkill, Cranial Incisored, Something Wrong, Deadly Weapon, Attack The Headliner, Reason To Die, Spider Last Moment, Hang Out, Efek Rumah Kaca, Jenny, Brilliant At The Breakfast, Koala, The Aline, Quasy, Teman Sebangku, Nada Fiksi, Jogja Hiphop Foundation, Dubyouth, Armada Racun, Serigala Malam, Cacat Nada, Angina, Savior, Perfect Blondie. Lihat Line up ini dan saya rasa inilah kunci kesuksesan acara kali ini. Sepadan dan sangat berbahaya namun dinamis berkelas. Suasana yang dihadirkan dalam acara ini sangat bersahaja dan memikat untuk dirasakan dengan panca indera dan perasaan hati nurani. Banyaknya muda-mudi Yogya yang berkeliaran, dentuman lagu-lagu yang memikat hati, para crew yang ramah, dan sexy dancer mungkin cukup untuk menggambarkan kondisi didalam seperti apa.

Saya telat untuk datang dan hanya menyaksikan outro dari The Aline. Menurut pengamatan saya cukup banyak yang berdiri di depan untuk menyaksikan The Aline dan kebanyakan para remaja belia berkelamin pria yang ingin menyaksikan vokalis dari The Aline yang cukup cantik. Penampilan yang ramah, bersahaja namun energic menjadi semacam andalan The Aline untuk memikat para penonton yang mayoritas duduk dari kejauhan.

Dede ♥ Zummas
Kemudian saya pergi untuk berputar-putar sejenak dan mengunjungi kawan saya, Zummas Rinanda Syifa, yang sedang menjaga salah satu distro, Couster Cattle, dari kota Solo. Kebetulan saya berangkat ke JEC ini bersama kawan lama saya Dede Surya Kusuma yang tak lain merupakan kekasih dari mempelai Zummas ini. Sebenarnya agak sedikit heran juga ketika Dede mengajak saya untuk menonton Efek Rumah Kaca ,namun setalah saya menelaah lebih lanjut akhirnya saya mengerti mengapa itu terjadi. Di KickFest ini pula saya bertemu dengan GM saya di Fiesta FM Dhimas Aryo Sekti Lanang yang sangat penasaran dengan Efek Rumah Kaca. Pertemuan ini sebenarnya secara tidak sengaja karena dia usai futsal, dia penasaran dengan Efek Rumah Kaca, dan akhirnya tuhan mempertemukan kita. Meskipun kami terpisah saat akan menyaksikan panggung namun ini pertama kali  kita bertiga pulang ke Solo dini hari dengan menggunakan bus antar kota jurusan Surabaya. Kami datang dan semua pun senang!

Puas melihat mereka bermesraan, saya kembali menuju panggung dan melihat pernampilan berikutnya oleh Brilliant At The Breakfast. Sebuah band Indie-pop yang menurut saya sangat kreatif. Lagu mereka mengangkat tentang hal-hal kecil disekitar kita seperti tentang sehabat pena, kotak pos, kaos oblong, dll. Selain itu band ini terdapat 2 orang perempuan jenius sebagai motor mereka. Vokalis wanita merangkap pemain bass yang sangat pandai membuat repetoar, dan seorang keyboardist yang senan tiasa mengalunkan nada-nada yang cukup membuat anda mengenang hal-hal disekitar anda. Penampilan yang bersih, minimalis, namun patut anda simak ketika suatu saat anda bersua dengan mereka.



Usai Brilliant At The Breakfast, bibir panggung kian ramai dan berdesakan. Muda-mudi Yogya baik lelaki maupun wanita menuju satu tujuan yaitu panggung untuk menyaksikan Jenny. Jenny bukanlah seorang wanita berparas ayu dan bertubuh sintal menggiyurkan, namun Jenny adalah band rock garage Yogya yang sedang naik daun. berisikan 3 bangsat karib yakni: Roby Setiawan (guitar), Arjuna Bangsawan (bass), Farid Stevy Asta (vocal), serta 1 bangsat kecil Danish Wisnu Nugraha (drummer). 4 lelaki kurus namun sangat terasa kokoh ketika didepan panggung. Kehadiran Roby, Arjuna, Denish yang masuk pertama dihajar dengan riuh penonton yang kian tak sabar untuk melengkuhkan kenikmatan bersama Jenny. Mereka memainkan intro sebagai pemanasan dan terakhir masuklah The Frontman, Farid. Penonton langsung bersorak bersama serempak beraturan berirama dan tak tahu kapan Jenny telah masuk pada lagu pertama. Gimmick dari Farid dan repetoarnya yang cukup provokatif, kasar, namun cerdas sepertinya menjadi ciri khas dari vokalis bertubuh kurus ini. Lagu-lagu mereka seperti The Only one, 120, Menangisi Akhir Pekan, Monster Karoke, Manifesto, Hujan Mata Pisau, dan single terbaru mereka Hari Terakhir Peradaban dibawakan dengan baik. Kekacauan kian menjadi, kian panas, dan menjadi tak menentu saat Farid melakukan Surfing di atas penonton sambil meludah kearah penonton. Bagi yang kerap menonton Jenny, penampilan Farid yang sering meludah adalah hal yang biasa dan ia pun kerap meminta para penonton untuk meludahinya.Penampilan Jenny ditutup oleh Mati Muda yang merupakan lagu pamungkas Jenny. Koor penonton sudah pada puncaknya dan sing along pun tak dapat dihindarkan. Penampilan yang luar biasa dari band Yogya untuk teman pencerita mereka.


Kelar Jenny yang memuaskan Birahi para penonton ternyata tak membuat para penonton kelelahan dan mundur. Berpenuh peluh, pakaian yang berbau keringat, udara yang panas, serta penonton yang sangat rapat tak mengurangi para penonton untuk melewatkan aksi yang mereka tunggu yakni Efek Rumah Kaca. Tak memerlukan waktu yang lama mengeset panggung untuk penampilan Efek Rumah Kaca. Tanpa basa-basi Efek Rumah Kaca langsung saja manggung dan membawakan Tubuhmu Membiru Tragis sebagai pembukaan mereka. Penonton yang telah dipuaskan oleh Jenny tampaknya masih memiliki banyak tenaga untuk bernyanyi bersama dengan Efek Rumah Kaca. Malam itu, Efek Rumah Kaca tak bisa hadir secara full formasi karena Adrian sedang sakit sehingga dia digantikan oleh Hans. Beberapa tembang mereka seperti Sebelah Mata, Kau Dan Aku Menuju Ruang Hampa Dan Hilang, Mosi Tidak Percaya, Kenakalan Remaja di Era Informatika, Hujan Jangan Marah, kesepian, lagu Desember, Balerina, dan Jalang dibawakan namun saya merasa suara Cholil tak sebagus biasanya; Namun ketika penonton sudah senang dan bisa menikmati segalanya, peduli setan dengan segalanya asal tak merugikan! Sebagai penutup playlist Balerina didaulat untuk menutup KickFest 2011: The Catton Warriors Strikes Back!! hari kedua.

 



Thanks to:
- Dede Surya Kusuma
- Dhimas Aryo Sekti Lanang
- Zummas Rinanda Syifa
- Couster Cattle

Friday 1 April 2011

Sisi Lain Komunikasi B UNS 2009

Hunting Bersama bertempat di Laweyan dan Kraton, 1 April 2011 dan inilah beberapa sisi lain dari Komunikasi UNS 2009 KELAS B:

Is Beniqno ingin minta di foto ada suatu spot hunting namun:
HEI jangan Lewat, aku mau foto dulu!
kemudian Ayuk mengganggu bidang foto4
Namun akhirnya Is Beniqno bisa pula foto. Congrats!
"Mari berfoto Zain" tutur Taufik
Pernahkah anda lihat ekspresi semacam ini?
No comment lah....

Bermusik di Mulai Dari Kamar

Sebelum menulis, saya akan berterima kasih kepada Charles Babbage yang telah menemukan komputer yang dapat diprogram serta Dr. John W. Mauchly dan J. Presper Eckert, jr yang telah merakit komputer pertama didunia ENIAC (Electronic Numerical Integrator And Computer). Berkat sumbang sih mereka, maka segala kebutuhan duniawi masyarakat dapat dipenuhi.

Dahulu kala sekitar tahun 50-an, band-band yang ada di Indonesia sangatlah jarang sekali. Saya pun hanya bisa menyebutkan The Tielman Brothers sebagai band yang saya tahu saat ini. Terima kasih kepada ALLAH SWT yang sangat pemurah, memberikan manusia akal pikiran sehingga teknologi dan ilmu pengetahuan dapat berkembang dengan pesat. Tahun tiap tahun kemajuan teknologi kian berkembang dan studio band atau pemilik alat musik modern kian ramai sehingga di tahun '60-'70 lahirlah Koes Plus, D'Lloyd, Pambers, Mercy's sebagai musisi yang kondang di era saat itu sampai sekitar tahun '80-an mereka tetap raja musik Indonesia. Pada era orde lama macam itu, studio musik dan alat musik modern pada awamnya hanya dimiliki oleh segelintir orang dan tak semua kalangan dapat memilikinya. Kemajuan dan membuat band di tahun seperti itu dianggap hanya orang-orang tertentu saja yang mampu; akan tetapi sekali lagi akal pikiran yang diberikan ALLAH SWT memecahkan semua itu dengan teknologi yang diberi nama MIDI.

MIDI yang merupakan singkatan dari Musical Instrument Digital Interface, suatu protocol standar industri  yang memungkinkan perangkat musik elektronik seperti synthesizers maupun drum machines serta perangkat elektronik lainnya seperti MIDI Controllers, sound cards maupun sampler untuk berhubungan, melakukan komunikasi serta proses sinkronisasi satu sama lain. Berbeda dengan media analog, MIDI tidak melakukan transmisi  audio signal, melainkan mengirim semacam messages berupa pitch atau intensitas, control signals untuk parameter seperti volume, vibrato dan yang lainnya. Teknologi MIDI ini mulai diperkenalkan ke seluruh dunia pada tahun 1982. Pengenalan teknologi MIDI di Indonesia pada awalnya semacam diangkut oleh para buruh nada seperti Fariz RM dan Harry Roesly. Hingga sampai saat ini banyak sekali musisi local kita yang mengaplikasikan teknologi MIDI ini pada karya mereka. Mari kita sebut saja Goodnight Electric, Zeke Khaseli, Saykoji, dan sebagainya.

Kedatangan teknologi MIDI di Indonesia bagaikan hujan yang berhembus di tanah yang subur, banyak orang hebat yang dapat menciptakan musik namun tak tahu harus bagaimana merealisasikannya. Kendala-kendala yang diciptakan oleh teknologi bermusik analog seperti biaya yang mahal, proses yang berat, perlu waktu yang lama, serta perlu tenaga lebih untuk memainkannya dapat diatasi MIDI. Cukup bermodalkan komputer, synthesizers, MIDI Controllers, software digital, sound cards, sampler, dan ruang sempit alias kamar tidur maka anda dapat menuangkan gagasan bermusik anda.

Goodnight Electric pada awalnya sebuah proyek kamar seniman hebat Henry Irawan alian Henry Foundation. Ia menciptakan lagu-lagu Goodnight Electric berdasarkan perlengkapan yang dia punya yaitu komputer. Saat ini, Goodnight Electric adalah sebuah grup musik yang telah tersohor dan acap kali merasakan udara di luar Indonesia.

Zeke Khaseli, saudara dari Amy Gumlar dan ipar dari Taufik Hidayat, memulai proyek solonya "Salacca Zalacca" di kamarnya. Bermodalkan teknologi MIDI sampai akhirnya dia menciptakan puluhan lagu dalam sebulan. Sebuah pencapaian yang fantastis bagi saya dan mungkin angka sebanyak itu tak bisa dicapai apabila menggunakan alat musik analog pada umumnya.

Contoh di atas merupakan sebuah bukti bahwa musik dapat terlahir dari sebuah kamar. Tak hanya bayi ataupun suara kegaduhan yang dapat keluar dari kamar, namun musik pun dapat terlahir dari tempat tersebut. Ketika anda mempunyai gagasan atau ide brilian tentang bermusik, segarakan menunaikan ibadah terlebih dahulu, kemudian segera tuangkan gagasan tersebut dengan teknologi MIDI ini. Simple, praktis, cepat, ringkas, dan tak memerlukan proses yang tak jelas adalah keunggulan dari MIDI. Sebuah teknologi brilian ketika di jaman serba cepat ini kita dituntut untuk bisa cepat dan tepat.

Keep abstrak and Absurd!