Thursday 30 June 2011

Sebuah Doa Dilantunkan bersama "Nama"

Hampir 20 tahun gw mengembara dijejak langkah kerasnya dunia. Berbagai keadaan asam manisnya hidup telah terlewati meskipun tak seluruhnya dapat terselesaikan dengan baik dan menyenangkan. 20 tahun kurang 29 hari adalah sebuah rentang waktu yang mulai mematang untuk sebuah kehidupan. Bersiap menjalani dunia yang lebih keras, lebih berwarna, lebih berliku atau bahkan kian terjal siap menghadang. Hampir disetiap langkah dalam menghadapai itu semua, selalu melingkar dalam diri gw sebuah doa yang senantiasa mengiri kemana diri ini akan melangkah. Doa yang sudah tercipta semanjak gw hadir didunia ini dan diciptakan oleh ke dua orang tua gw. Sebuah doa yang menjadi identitas dan doa adalah nama.

Di era masa kini mungkin tak banyak lagi mereka yang bangga dengan nama asli mereka. Entah untuk  merahasiakan jati diri, sebuah tuntutan kamuflase, atau mungkin karena mereka malu untuk memperkenalkan nama mereka. Ada apakah dengan nama mereka? Apakah sebuah nama yang disematkan oleh kedua orang tua terlalu hina untuk diberitahukan? Mencoba mengganti dengan sebuah nama yang tampak keren namun ternyata tak semendalam yang mereka punya. Ketika diri sendiri mencoba membuat nama dengan berisikan doa-doa yang luar biasa tak mengapalah biar itu terlontar, namun fenomena dunia remaja seakan melupakan pakem dalam membuat nama yakni lantunan doa dan harapan kepada YANG MAHA PENCIPTA. Pernahkah kalian bertanya atau sejenak memikirkan arti mendalam dari nama-mu?

Nama saya adalah Ekawan Raharja. "Eka" berarti satu atau pertama dan "Wan" adalah lelaki. Ketika ini digabung menjadikan sebuah arti anak pertama. Namun doa yang dipanjatkan oleh kedua orang tua saya tidaklah hanya sekedar rasa syukur kepada Allah SWT namun terbersit sebuah harapan saya menjadi sebuah seseoarang yang kelak menjadi #1, terbaik, dan berusaha menjadi yang terbaik diantara semua. Berkat nama ini pula saya mewarisi kedua sifat kedua orang tua gw yang serasa sadar atau tidak sangat berpengaruh saat ini.
Bagaimana dengan anda? Sudahkan anda mengetahui lantunan doa apa yang tersirat pada namamu?

Thursday 9 June 2011

Maliq and D'Essentials: Sebarkan Cinta Di Tanah Bengawan

4 Juni 2011, Sabtu yang cukup menyenangkan dan membuat sedikit nostalgia bagi saya pribadi. Pagelaran musik dan riuh suasana mungkin akan sedikit melipur rasa rindu saya akan kampung halaman. Obat pelipur rindu itu adalah Maliq and D'Essentials. Hari ini adalah tanggal dimana Maliq and D'Essentials berkunjung dan mengadakan konser di Sritex arena. Acara ini diadakan sebagai puncak perayaan Dis Natalis sebuah sekolah tinggi di kota Surakarta. Sebuah contoh yang patut ditiru oleh salah satu Universitas Negeri di Kota Surakarta dalam menyambut Dis Natalisnya. Acara yang digelar pun sangat sederhana dan tak ada ritual-ritual sakral sepanjang acara ini berlangsung. Full Entertaiment and have fun along this party.

Twinkle Twinkle
Acara dimulai pukul 19.30 dengan Mc yang tak cukup panjang lebar berorasi memulai acara. langsung saja MC memberikan mic untuk band pembuka pertama Twinkle Twinkle. Band asli Kota Surakarta yang beranggotakan Andila (gitar), Darryl (drum), Alpin (vokal), Fajar (Gitar 1), Franco (Gitar 2) kontan memulai aksi mereka dengan membawakan lagu mereka sendiri. Band pop ini cukup energik dan tampak bersemangat dalam memulai aksi pertama mereka. Bermodalkan 5 lagu, 2 diantaranya adalah lagu dari Nidji dan Bruno Mars, cukup memanaskan telinga para hadirin dengan sound system yang telah disediakan. Tak sampai disitu saja, sang vokalis yang mengenakan jaket ditengah panasnya ruangan acara cukup rajin berlari-lari mengahampiri para penonton untuk sedikit bernyanyi bersama. Sebuah semangat dan stamina yang luar biasa bagi Alpin sang vokalis.

Little Bee
Usai Twingkle Twingkle memanaskan indera pendengaran penonton, langsung dihajar oleh band pembuka selanjutnya yang beraliran Jazz yakni Little Bee. Band dengan 11 personil ini dapat dibilang sukses dalam membuka acara Dis Natalis.  Arransmen yang rapih, suara vokal yang baik,  vokalis yang good looking, dan pemilihan lagu yang tepat menjadi kunci sukses Little Bee menaklukan hadirin yang sedari tadi menunggu Maliq and D'Essentials. Tak perlu menunggu Little Bee kelar on stage ataupun sang vokalis meminta tepuk tangan, para hadirin dengan tulus memberikan tepuk tangan yang meriah setelah mereka membawakan lagu pertama Payung Fantasi yang di populerkan oleh Hendri Rotinsulu. 5 lagu mereka daulat untuk mengisi penampilan mereka dan tepuk tangan riuh penonton selalu menemani penampilan mereka.

Gamelan Jazz
Setalah menikmati indahnya alunan musik Jazz ala Little Bee maka kita disuguhi oleh sajian musik tradisional berbalut kontemporer. Sebuah penyajian musik yang luar biasa kreatif dan atraktif dengan menggabungkan musik tradisional dengan musik disko. Hasil perpaduan ini menciptakan sebuah persepsi dibenak dan sebuah tamparan yang cukup panas bahwa alat-alat musik tradisional dapat dikolaborasikan dengan musik kontemporer dan perpaduan ini sangat berbahaya. Bermodalkan Jimbe, Gendang, Ketipung, dan alat musik tradisional lainnya sekumpulan orang yang menamakan diri mereka Gamelan Jazz berhasil menyihir panca indera para hadirin dan decak kagum dengan tingkatan klimaks. Penampilan akhir mereka ditutup dengan sempurna saat Gamelan Jazz berkolaborasi dengan Maliq and D'Essentials membawakan Heaven.


Maliq and D'Essentials
Tak perlu waktu lama bagi raja panggung malam ini, Maliq and D'Essentials, menaklukan acara ini. Ketika Lale, gitaris Maliq and D'Essentials, naik panggung maka luluh sudah hampir seluruh wanita di acara ini. Takala seluruh personil Maliq and D'Essentials sudah siap dan berkolaborasi dengan Gamelan Jazz, kontan pecah sudah Sritex Arena dengan riuh tepuk tangan dan teriakan histeria. Sing along sudah terjadi sejak awal lagu Heaven dinyanyikan. Usai Heaven ditembangkan, sedikit surprice diberikan D'essentials Team Solo kepada idola mereka yakni berupa kue tart sebagai ucapan anniversary Maliq and D'Essentials ke-9. Layaknya sebuah batrai dengan double power, usai selebrasi dadakan, Maliq and D'Essentials langsung mengajar dengan 3 tembang mereka yakni Blow My Mind, The One, dan Kangen. Kembali pecah venue ketika Angga, vokalis, mengahampiri para penonton yang berada di tribun. Semangat dan Stamina yang luar biasa Maliq and D'Essentials menyuguhkan atraksi panggung yang sangat aktaktif, intim, dan menghibur. Sebuah sajian panggung dan stage act yang patut ditiru oleh musisi lain bagaimana cara menguasai panggung dengan baik. Selain lagu-lagu diatas, Maliq and D'Essentials pun membawakan hits-hits mereka yang lain layaknya Coba Katakan, Menari, Free Your Mind, Dia, dan Untittled yang secara khusus di request oleh D'essentials Team Solo. Mungkin tiada kata yang paling pas menggambarkan kesenangan dan kepuasan penonton dengan kata "ORGASME". Sudah tak dapat ditampung segala rasa euphoria kesenangan dan meluap-luap hingga akhirnya semua bangkit dari kursi yang disediakan dan langsung menuju bibir Panggung. Berteriak, berdansa, menyanyikan Pilihanku, dan melepaskan segala emosi kegirangan menjadi energi tersendiri dalam menutup acara yang memang luar biasa. Maliq and D'Essentials menutup acara dengan sempurna dan meninggalkan kenangan yang sangat indah di Kota Bengawan.


Thanks:
- Yudita Trisnanda
- Nando