Jika melihat film bertemakan roman picisan, maka perasaan berbunga-bunga adalah kuncinya. Namun bagaimana jadinya jika sudah lama menjalin perasaan? Masihkah bunga-bunga bermekaran di taman itu masih menjadi idiom yang tepat?
Jawabnya tidak!
Sebuah pengalaman, meski tidak dirasakan langsung, bahwa perasaan cinta, sayang, kasih, atau apapun ingin dinamai kini tidak sekedar bunga-bunga yang bermekaran di taman.
Jika diibaratkan sebagai taman, bisa saja ada orang lain yang datang berkunjung dan merusak taman tersebut. Atau mungkin taman itu layu, tak tersiram oleh rasa dan ikatan yang terjanjikan.
Bagi yang sudah lama menjalin pertautan hati, janji ini tak sekedar sedap di pandang mata. Takala taman itu rusak, seberapa rela dan ikhlaskah hati ini untuk kembali memperbaiki dengan kembali berpeluh dan kotor. Jika taman ini layu, seberapa rendahnya untuk kembali memupuk dan memberinya asupan seperti sedia kala.
Tidak perlu munafik ada kalanya benci, marah, egois, ataupun cemburu dibuatnya. Tapi seberapa besar hati ini menerima dan kembali untuk menghidupi,
Melihat kisah perjalanan selama empat tahun ini, tak kan pernah hilang meski instagram terhapuskan. Pecahan puzzle yang tak tersusun pun tak kan pernah dapat menghapuskan indahnya bentuk jalinan kasih ini.
Sederhananya adalah, rasa syukur bahwa masih ada engkau hingga saat ini.Berdusta bisa dibilang jika kehilanganmu adalah tak mengapa.
Tak perlu hingga kehilanganmu untuk tahu betapa berharganya dirimu. Rendah dan murahnya diriku untukmu.
Melankolis, iya! Cheesy, iya! Tapi peduli setan dengan semuanya. Bahagia dan denyut itu masih ada, sedari awal di dalam sebuah mobil hingga saat ini terbentang waktu dan jarak.
Semoga akan selalu ada, dan menanti hingga kata Iya terucap di dari mulutmu.