Beberapa bulan ini, kerisauan dan kegelisahan kembali membayangi. Banyak hal dan kendala dalam hidup yang datang silih berganti memberikan warna. Namanya juga hidup, kalo tidak ada masalah dan kendala maka matilah dirinya. Salah satu kendala dan kerisauan yang terjadi adalah dengan segudang hal-hal absurd yang menggendap di kepala, membusuk dan kemudian hilang. Hanya menyisakan bau busuk dan debu-debu kotor yang membuat suasana semakin keruh dan gelap. Jiwa yang seharusnya terang benderang kini mulai meredup perlahan menuju kematian. Menyedihkan dan bersiap menjadi mahkluk hidup yang terombang-ambing dalam derasnya samudra kehidupan.
Miskinnya produktivitas jiwa dan rasa malas yang melanda membuat hasrat tinggallah hasrat. Sendiri yang tersisa, bagai lilin di tengah hujan badai di hutan tropis. Tidak seperti beberapa waktu silam, api yang ganas dan menjadi hutan api, menjilat kerasnya dunia dan meruntuhkan semuanya. Rasa kangen dengan keadaan yang dahulu menjadi cerita nostalgia beberapa saat. Hanya bisa membayangkan masa lalu dengan sepotong lilin di tangan. Kondisi nyaman dan sajungan puja puji membuat lupa dan terlena.
Hingga suatu ketika, kembali sebuah letupan kecil terjadi. Persis seperti dahulu dimana semua bermula. Gesekan-gesekan kecil yang menimbulkan percik api dimulai. Sebuah asa yang harus dimulai dan dimanfaatkan. Kondisi yang nyaman dan tenang kembali terusik, terasa panas di dalam hati. Resah menaungi relung-relung perasaan. Hati kecil yang tenang dan menjadi sumber kebijaksaan berkata, "Sudah saatnya aku kembali bergetar dan memenuhi jiwa yang sudah kian lama mengering."