Tuesday, 4 November 2014

Kondisi Tenang Yang Membosankan

Rutinitas yang begitu-begitu saja, berulang-ulang dan kemudian kembali berulang. Gelap diujung, diantara dinding-dinding dingin yang tinggi menjulang. Menutup kilau yang memperjelas semuanya. Percaya pada sebuah titik terang yang entah dimana letaknya, kapan digapai, dan semua masih kabur. Membuka kelopak mata yang kian menghitam, menatap langit-langit yang sama. Hitam dan gelap nestapa. Jalan setapak beraspal mulus sudah tersiap dengan rapi hingga entah dimana aspal ini berujung.

Gerak yang terbatasi oleh sulur tipis bak benang namun kokoh layaknya baja murni. Badan mungkin bisa berkelana sesuka namun apa daya kemana pikiran yang terpatri. Terpatri oleh beberapa tanggung jawab yang sesungguhnya semua hanya fana. Buah fikir yang sesungguhnya tidak harus dipenuhi namun terasa wajib karena tiada hal lain. Mengeluh bukan jalannya, rongrongan siap menerkam jika mulut berbicara
Pada akhirnya hanya tersenyum kecut bahwa kondisi tenang berakhir yang membosankan.