Selepas adzan Magrib
berkumandang, rintik demi rintik air mulai membasahi Solo dan sekitar. Hari
yang mulai menggelap serta cuaca yang secara mendadak menjadi dingin. Beberapa
pengendara kendaraan bermotor roda dua mulai mengeluarkan jas hujannya dan
sebagian memilih untuk berteduh. Terpaan angin yang kencang serta derasnya
hujan yang kian mencekam membuat beberapa ruas jalan utama di Solo menjadi
sepi. Akan tetapi, badai yang menerpa dan dinginnya udara malam ini (18/6)
tidak menghalangi beberapa anak muda untuk berkumpul di GOR Manahan.
Diorama Senja membuat
malam yang dingin menjadi hangat cenderung panas di dalam GOR UNS. Kurang lebih
sekitar 3.500 orang berkumpul untuk menyaksikan Payung Teduh melantunkan bait
demi bait pengusik hati, mesti ada pula barisan kaum hawa yang tidak sabar
menyaksikan guratan rupawan Comi Aziz Kariko. Berterimakasihlah kepada sebuah
produsen rokok yang akhir-akhir ini sedang aktif sekali mengkampanyekan
komunitas lokal dan Retroactive sebagai event
organizer Diorama Senja.
Sebelum Payung Teduh
mulai mendendangkan lagunya, acara Diorama Senja dibuka oleh penampilan
beberapa band lokal. Sebagai dukungan terhadap komunitas lokal, beberapa unit
lokal dimainkan sembari menunggu para penonton yang sedang antri masuk ke dalam
venue. Man Indonesia dan Insomnia bermain dahulu dan saat mengintip ke dalam
panggung, para penonton sudah ramai memenuhi tribun dan mosh pit. Tidak begitu
jelas bagaimana kondisi awal namun Insomnia mendapatkan sambutan yang cukup
panas. Sorak gembira membuat kondisi kian panas dan penuh dengan energi positif.
|
Adis "Jungkat-Jungkit" |
Berlanjut dengan
jungkat-jungkit. Duo blues asal Solo ini mulai melekukan nada-nada blues
memanaskan malam. Said dan Adis yang bermain sampai harus bermandikan peluh
membahasi sekujur badannya. Denting demi denting dawai gitar dibunyikan
berbalut sound blues serta suara serak seksi menjadi pemanja indera telinga
disaat itu. Semua terasa sempurna tak kala beberapa alat tiup diperdengarkan
dan pukulan drum yang tidak berlebih menjaga ritme disetiap lagu mereka. Bait
demi bait diperdengarkan, kucuran keringat tidak dihiraukan oleh Jungkat
Jungkit. Semua terasa lunas dan tidak terasa tak kala tepukan riuh penonton
memuja mereka memenuhi GOR Manahan disetiap lagi-lagu yang mereka bawakan.
|
Fisip Meraung |
Tak cukup lama usai
Jungkat Jungkit, kini giliran Fisip Meraung menunjukan musik rock humor yang
mereka usung. Agak sulit juga mendeskripsikan musik mereka, karena rata-rata
materi mereka dibawah satu menit berbalut gestur penarik gelak tawa. Di luar
dugaan, tampaknya mereka benar-benar membuat pecah GOR Manahan. Humor-humor
khas anak muda yang bermaterikan kisah cinta, kondisi sehari-hari, serta
dibawakan dengan bahasa sehari-hari anak muda di Solo benar-benar mendapatkan
apresiasi yang luar biasa. Amek, Topik, dan Athir berhak berbangga serta
menepuk dada mereka atas apresiasi yang luar biasa. Benar-bener pecah dan
lupakanlah suara yang yang indah serta sound yang bagus saat mereka bermain.
|
Meltic |
Kini giliran Meltic
bermain dengan nada-nada pop yang mereka usung. Dibuka dengan permainan efek
noise oleh gitaris adisional, Bayu, dan saut menyaut antara jimbe serta drum
menandai Meltic siap menguncang GOR Manahan. Kondisi venue yang penuh sesak
serta udara yang panas pengap berbanding terbalik dengan kondisi diluar yang
sangat dingin dan sepi. Duo Aziz dan Fajri sudah tidak diragukan lagi bagaimana
mereka menghinotis penonton di Diorama Senja. Bermain dengan rapi serta prima
membuat banyak para penonton gigit jari jikalau pergi menonton sendirian tanpa
pasangan kekasih. Malam itu, Meltic menghadirkan sesi full band, lengkap dengan
tambahan perkusi. Beberapa kali penonton melakukan koor masal menembangkan
lagu-lagu mereka dan venue kembali makin panas. Diakhir penampilan, Meltic
membawakan materi baru dan mengajak Adis Jungkat-Jungkit untuk berkolaborasi.
Penoton puas dan siap untuk kembali dipecahkan malam ini.
|
Payung Teduh |
Payung teduh yang
dinanti akhirnya tampil tepat dipukul 22.30 WIB, jauh mundur dari waktu yang
ditentukan rundown. Mohammad Istiqamah
Djamad, Comi Aziz Kariko, Ivan Penwyn, dan Alejandro Saksakame membuka
penampilan dengan "Kita adalah Sisa Sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan".
Koor langsung terjadi dan GOR Manahan menjadi riuh, mengalahkan hujan yang kian
mereda. Tidak begitu banyak atraksi yang banyak dilakukan Is malam itu, hanya
sesekali bercerita dan mengajak penonton berkolaborasi dibeberapa materi Payung
Teduh. Kucari Kamu, Menju Senja, Berdua saja, dan Angin Pujaan Hujan digeber
habis diiringi dengan koor penonton yang kian berisik. Satu Jam Payung Teduh
menemani Solo dan akhirnya "Untuk Perempuan Yang Sedang di Pelukan"
menyelesaikan malam dengan epik dan hujan di luar pun sudah enggan untuk
membasi Solo.
Malam yang panas dan berkesan bagi mereka yang hadir menyaksikan Diorama
Senja. Hingga beberapa hari kemudian pun, masih banyak para penonton yang belum
bisa move on dari event tersebut. Setiap orang punya kesan
masing-masing dan cerita yang berbeda, tapi raut bahagia puas menjadi pembalut
kesemuanya. Beberapa penonton yang menerobos badai malam itu tidak akan pernah
kecewa karena sesungguhnya hujan malam itu adalah hujan penghantar kegembiraan.