Saturday, 21 June 2014

Diorama Senja: Hujan Penghantar Kegembiraan



Selepas adzan Magrib berkumandang, rintik demi rintik air mulai membasahi Solo dan sekitar. Hari yang mulai menggelap serta cuaca yang secara mendadak menjadi dingin. Beberapa pengendara kendaraan bermotor roda dua mulai mengeluarkan jas hujannya dan sebagian memilih untuk berteduh. Terpaan angin yang kencang serta derasnya hujan yang kian mencekam membuat beberapa ruas jalan utama di Solo menjadi sepi. Akan tetapi, badai yang menerpa dan dinginnya udara malam ini (18/6) tidak menghalangi beberapa anak muda untuk berkumpul di GOR Manahan.

Diorama Senja membuat malam yang dingin menjadi hangat cenderung panas di dalam GOR UNS. Kurang lebih sekitar 3.500 orang berkumpul untuk menyaksikan Payung Teduh melantunkan bait demi bait pengusik hati, mesti ada pula barisan kaum hawa yang tidak sabar menyaksikan guratan rupawan Comi Aziz Kariko. Berterimakasihlah kepada sebuah produsen rokok yang akhir-akhir ini sedang aktif sekali mengkampanyekan komunitas lokal dan Retroactive sebagai event organizer Diorama Senja.

Sebelum Payung Teduh mulai mendendangkan lagunya, acara Diorama Senja dibuka oleh penampilan beberapa band lokal. Sebagai dukungan terhadap komunitas lokal, beberapa unit lokal dimainkan sembari menunggu para penonton yang sedang antri masuk ke dalam venue. Man Indonesia dan Insomnia bermain dahulu dan saat mengintip ke dalam panggung, para penonton sudah ramai memenuhi tribun dan mosh pit. Tidak begitu jelas bagaimana kondisi awal namun Insomnia mendapatkan sambutan yang cukup panas. Sorak gembira membuat kondisi kian panas dan penuh dengan energi positif.

Adis "Jungkat-Jungkit"
 Berlanjut dengan jungkat-jungkit. Duo blues asal Solo ini mulai melekukan nada-nada blues memanaskan malam. Said dan Adis yang bermain sampai harus bermandikan peluh membahasi sekujur badannya. Denting demi denting dawai gitar dibunyikan berbalut sound blues serta suara serak seksi menjadi pemanja indera telinga disaat itu. Semua terasa sempurna tak kala beberapa alat tiup diperdengarkan dan pukulan drum yang tidak berlebih menjaga ritme disetiap lagu mereka. Bait demi bait diperdengarkan, kucuran keringat tidak dihiraukan oleh Jungkat Jungkit. Semua terasa lunas dan tidak terasa tak kala tepukan riuh penonton memuja mereka memenuhi GOR Manahan disetiap lagi-lagu yang mereka bawakan.

Fisip Meraung
Tak cukup lama usai Jungkat Jungkit, kini giliran Fisip Meraung menunjukan musik rock humor yang mereka usung. Agak sulit juga mendeskripsikan musik mereka, karena rata-rata materi mereka dibawah satu menit berbalut gestur penarik gelak tawa. Di luar dugaan, tampaknya mereka benar-benar membuat pecah GOR Manahan. Humor-humor khas anak muda yang bermaterikan kisah cinta, kondisi sehari-hari, serta dibawakan dengan bahasa sehari-hari anak muda di Solo benar-benar mendapatkan apresiasi yang luar biasa. Amek, Topik, dan Athir berhak berbangga serta menepuk dada mereka atas apresiasi yang luar biasa. Benar-bener pecah dan lupakanlah suara yang yang indah serta sound yang bagus saat mereka bermain.

Meltic
Kini giliran Meltic bermain dengan nada-nada pop yang mereka usung. Dibuka dengan permainan efek noise oleh gitaris adisional, Bayu, dan saut menyaut antara jimbe serta drum menandai Meltic siap menguncang GOR Manahan. Kondisi venue yang penuh sesak serta udara yang panas pengap berbanding terbalik dengan kondisi diluar yang sangat dingin dan sepi. Duo Aziz dan Fajri sudah tidak diragukan lagi bagaimana mereka menghinotis penonton di Diorama Senja. Bermain dengan rapi serta prima membuat banyak para penonton gigit jari jikalau pergi menonton sendirian tanpa pasangan kekasih. Malam itu, Meltic menghadirkan sesi full band, lengkap dengan tambahan perkusi. Beberapa kali penonton melakukan koor masal menembangkan lagu-lagu mereka dan venue kembali makin panas. Diakhir penampilan, Meltic membawakan materi baru dan mengajak Adis Jungkat-Jungkit untuk berkolaborasi. Penoton puas dan siap untuk kembali dipecahkan malam ini.

 
Payung Teduh
Payung teduh yang dinanti akhirnya tampil tepat dipukul 22.30 WIB, jauh mundur dari waktu yang ditentukan rundown. Mohammad Istiqamah Djamad, Comi Aziz Kariko, Ivan Penwyn, dan Alejandro Saksakame membuka penampilan dengan "Kita adalah Sisa Sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan". Koor langsung terjadi dan GOR Manahan menjadi riuh, mengalahkan hujan yang kian mereda. Tidak begitu banyak atraksi yang banyak dilakukan Is malam itu, hanya sesekali bercerita dan mengajak penonton berkolaborasi dibeberapa materi Payung Teduh. Kucari Kamu, Menju Senja, Berdua saja, dan Angin Pujaan Hujan digeber habis diiringi dengan koor penonton yang kian berisik. Satu Jam Payung Teduh menemani Solo dan akhirnya "Untuk Perempuan Yang Sedang di Pelukan" menyelesaikan malam dengan epik dan hujan di luar pun sudah enggan untuk membasi Solo.

Malam yang panas dan berkesan bagi mereka yang hadir menyaksikan Diorama Senja. Hingga beberapa hari kemudian pun, masih banyak para penonton yang belum bisa move on dari event tersebut. Setiap orang punya kesan masing-masing dan cerita yang berbeda, tapi raut bahagia puas menjadi pembalut kesemuanya. Beberapa penonton yang menerobos badai malam itu tidak akan pernah kecewa karena sesungguhnya hujan malam itu adalah hujan penghantar kegembiraan.

*Tulisan ini dimuat pula Dean Street Billy's dan foto selengkapnya di IRockumentary

No comments:

Post a Comment