Tuesday 29 November 2016

Dua Tahun Perjalanan: Mulai dari Enggan Hingga Kebahagiaan

Kalau dilihat dari fotonya yah sudah tahukan saya pedagang tahu bulet.

Beberapa tahun yang lalu sempat berujar bahwa bekerja sebagai reporter berita adalah hal yang tidak diinginkan. Bagaimana tidak, tahunan hidup dengan pola kerja yang melantur dan kebebasan berkreasi membuat jiwa menjadi bosan.

Selama 7 tahun di Solo, selalu hidup di tengah malam. Takala orang-orang mendayung pulau kapuk, maka saatnya terjaga dan mengerjakan berbagai aktivitas. Di siang hari? Hanya sekolah dan tidur.

Sempat berpikir waktunya untuk berubah dan mencari kehidupan yang lebih teratur. Bangun di pagi hari, pulang kerja di sore waktu, dan tidur sebelum pukul 22.00. Hidup lebih disiplin dan kaku untuk ciptakan sebuah ritme yang teratur.

Tapi tampaknya Tuhan senang bercanda dan Maha Mengetahui apa yang hamba bengalnya sukai. Bekerja dengan kaos band, sepatu sneakers, jeans, dan no-maden menjadi karunia yang diberikan.

Setidaknya itu yang membuat hingga saat ini masih bertahan untuk bekerja di media online. Mulai dari ketidakteraturan hingga melantur, menemukan pola sendiri yang unik. Bekerja untuk hal-hal yang tidak dibenci namun juga tidak disukaui adalah karunia terbesar untuk kebebasan jiwa berteriak.

Terima kasih Gusti Allah untuk segala kesempatan, karunia, dan berkah yang tak tertandingi. Maaf jika hambamu ini masih suka bengal, lupa bersyukur, dan terkadang menjadi pongah.

Namun bagaimana dalam beberapa tahun ke depan? akankah masih menjadi wartawan atau tidak? hanya Gusti Allah yang tahu dengan yakin.

No comments:

Post a Comment