Wednesday, 23 March 2011

Bekerja Tanpa Hati Itu Menyakitkan

Sebuah perjalanan absurd dan abstrak kembali terekam. Tempo hari gw mendapatkan sebuah tugas untuk membuat sebuah acara. Acara kecil dan sudah biasa bagi gw untuk merancang itu. Tak perlu sebuah perencanaan yang spektakuler dan mewah, cukup simple one, minimalis, dan misi terlaksana. Bagi gw, seorang mahasiswa komunikasi, itu adalah hal yang biasa dan gw diajarkan untuk itu. Akan tetapi ada sesuatu yang janggal dan membuat gw gak untuk melaksanakan hal tersebut. Kejanggalan tersebut adalah hati gw menolak untuk membuat acara tersebut. Hal sepele namun efeknya semaradona tak terkira juara dunia. Pulang dari rapat kembali gw berpikir dan merenung kenapa gw menyesali ini semua. Hati menjadi bagian dari diri gw yang sangat peka dan tajam ditiap menelisik suatu hal. Selalu terbukti dan memang jaminan mutu.

Baru pertama kali gw merasakan ini. Hal ini lebih hebat rasanya ketimbang gw menghilangkan STNK, SIM, Karmas, ATM, duit Rp. 30.000,- serta tas Adidas. Gw merasakan disorientasi kepanjangan dan kegelapan kreativitas fana dalam hidup gw. Jangankan untuk memikir Teori Hypodermic Needle atau Strategi perencanaan komunikasi efektif, untuk mengaktifkan jejaring dunia maya pun tak sanggup otak ini melakukan. Sebuah kematian dari daya logika terhebat manusia, indera pengecap kebanggaan Pak Bondan Winaro, ataupun selera bermusik dari Music Director Fiesta FM. Ketika hati menolak segalanya maka mati pulalah sang manusia. Mungkin film tak pernah berlebih kalau hati adalah segalanya.
Terima kasih ALLAH SWT. telah menciptakan hati sebagai kunci dari kehidupan manusia
Keep abstrak and Absurd!

No comments:

Post a Comment