Monday, 28 November 2011

Bercerita Akhir Pekan Bersama Gugun Blues Shelter

Jujur saya bukanlah orang yang intim dengan musik-musik Gugun Blues Shelter. Saya hanya sekedar mengetahui sebagian cerita mereka di akhir-akhir ini takala mereka menang dalam sebuah festival band yang memberangkatkan mereka menuju Hyde Park London. Semenjak itu saya baru mulai memperhatikan gerak-gerik militan mereka di kancah musik Indonesia. Hal pasti yang saya tahu mengenai Gugun Blues Shelter hanyalah mereka band blues Indonesia dan hits mereka, Jangan Berkata Dalam Hati, yang menjadi Jawara 7 jaman 107.7 FiestA FM dalam beberapa pekan. Pada akhirnya kemarin (27/11) Gugun Blues Shelter berkesempatan untuk menampilkan kualitas mereka yang tersohor.

Gugun Blues Shelter tampil dalam sebuah acara yang digagas oleh salah satu produsen rokok di Kampoeng Ikan Lor In. Sebuah kesempatan langka untuk Gugun Blues Shelter sendiri karena show ini merupakan show pertama mereka di Solo dan bagi penonton, jelas ini adalah sebuah show yang syarat akan skill dan menghibur. Sangat menjanjikan dan yang jelas buat saya sendiri ingin tahu seperti apa Gugun Blues Shelter yang kerap digembor-gemborkan oleh kolega saya Fikri Aziz dari Jakarta Stage.

Soloensis
Acara dimulai pukul 19.00 WIB dan tampaknya benar tepat waktu adanya acara itu dimulai. Sebagai pemanasan, terdapat band pembuka yakni Soloensis. Saya tak bisa banyak komentar tentang mereka karena saya datang terlambat dan tidak menyaksikan bagaimana penampilan mereka secara utuh. Akan tetapi dari satu lagu yang saya saksikan dan itu merupakan lagu terakhir, mereka membawakan sebuah hits dari AC/DC. Cukup mencengangkan ketika Soloensis membawakan AC/DC karena di Solo sendiri tak banyak band-band yang membawakan musik-musik Hard Rock semacamnya. Bagi Saya Soloensis sukses mengcover lagu dari AC/DC karena mereka mengarrasment dengan sound mereka sendiri. Tapi tampaknya penonton berkata lain, cukup dingin sambutan yang diberikan kepada band rock and roll asal Solo tulen.

Sweet Killer
Kelar Soloensis mencoba membangkitkan tensi para penonton, majulah band pembuka kedua yakni Sweet Killer. Bagi penikmat musik di Kota Bengawan dan para ABG mungkin nama Sweet Killer bukanlah nama yang asing di gendang telinga mereka. Bisa dibilang Sweet Killer adalah role mode untuk band-band rock and roll di Solo. Mereka langsung menghajar panggung dengan lagu andalan mereka "Abidin" dan menurut saya Sweet Killer tampak berbeda malam itu. Dari segi penampilan mereka terlihat sangat rapih, necis, dan berseragam. Segi atraksi panggung, mereka lebih kalem dan tampak seperti anak mami yang malu-malu untuk tampil. Bukan mengecilkan atau pun sumbang namun atraksi malam itu sungguh mirip dengan atraksi The Changcuters. Bahkan joke-joke yang dilantunkan oleh vokalis Sweet Killer, Galih, terasa garing dan menurunkan tensi penonton. Malam yang cukup buruk bagi Sweet Killer di Rock Moment.

Terdapat jeda yang cukup panjang untuk peralihan dari Sweet Killer menuju Gugun Blues Shelter. Entah untuk set alat atau memang teknis panitia yang tidak terkordinasi dengan baik sehingga lumayan garing menunggu. Akan tetapi musnah ketika Gugun (Gitar - Vox), Jono (Bass), serta Bowie (Drum) masuk kedalam stage dan telah di tunggu oleh sekitar 100 orang lebih. Penampilan pertama dibuka oleh "Ikuti Langkah" yang dimedley oleh "Old friend". Sontak sorak sorai penonton menyambut lengkingan gitar Gugun. Dua lagu ternyata cukup untuk langsung mengangkat tensi penonton yang sedari bisa dibilang dingin dan terbukti Peluh keringat sudah membasahi baju tiap-tiap penonton serta Gugun Blues Shelter. Atraksi yang sangat skillful, bertenaga, dan atraktif membuat musik mereka sangat menenyangkan untuk disaksikan. Women, When I see You Again, Soul On Fire, Jangan Berkata Dalam Hati, dan Give You Love menjadi bagian dari set list mereka dalam memanaskan Minggu malam. Hampir satu setengah jam Gugun Blues Shelter memberikan aksi terbaik mereka dan berkali-kali mendapatkan respon yang baik dari pecinta musik blues malam itu. Hal yang paling menyenangkan dari malam itu adalah ketika berkali-kali Jono mengambil alih mic dan mulai bersapa hangat dengan penonton. For Your Info, Jono adalah seorang ekpatriat yang nama aslinya adalah John. Bisa ditebak bagaimana lucunya Jono ketika dia berbicara dalam Bahasa Indonesia dan berbicara dalam Bahasa Jawa. Gelak tawa penonton menyambut aksen Jono yang aneh dan gila. Sampai pada pukul 22.30 WIB, Gugun Blues Shelter membawakan "Spinning Around Me" yang lagi-lagi di medley dengan "Turn It On". Total Gugun membawakan sekitar 16 lagu mereka dan kebanyang bagaimana puasnya penonton malam itu. Saya sendiri tak habis kagum kepada Gugun dengan skill gitarnya yang luar biasa dan stamina yang luar biasa dalam bernyanyi. Tak salah maka ketika mereka didaulat untuk sepanggung dengan The Killers ataupun Rod Steward. Malam itu saya pulang dengan perasaan bahagia dan takjub akan kualitas musik Indonesia yang mencengangkan.
Bowie I
Bowie II
Gugun I
Gugun II
Jono I
Jono II

Saturday, 26 November 2011

Saya Suka Ekspresi #9

Foto anak menangis yang kehilangan orang tuanya

Bangkutaman: Balaikambang Taman Sesungguhnya

Grup Folk asal Jakarta, Bangkutaman, kembali menyapa para penggemar musik cutting edge Kota Solo. Tak terasa hampir 2 tahun kedatangan mereka terakhir pada acara Jangan Marah Record Tour, kini Bangkutaman kembali unjuk gigi. Masih dengan nuansa yang sama namun perbedaanya ini adalah mereka datang setelah merilis Ode Buat Kota yang menjadi album ke-3 mereka.

Bangkutaman membuka pertunjukan dengan melantunkan Alusi. Cukup banyak yang menyanyikan dan tak tampak panas menghalangi niat para penggemar Bangkutaman untuk maju merapat. Lagu ini serasa mengingatkan kita untuk tidak sombong dan merasa diri kita adalah kebenaran tunggal.

Usai Alusi dan Bang Wahyu Nugroho alias Acum bercerita ini adalah pertama kali Bangkutaman tampil ditengah taman yang benar-benar taman. "Ini nih taman, pohon-pohonnya rindang dan rumputnya banyak yang hijau ..." ujar vokalis yang selalu menggunakan penutup kepala ketika sedang tampil bersama Bangkutaman.

Dan untuk menutup atraksi mereka yang kurang lebih berdurasi 30 menit, Bangkutaman menyanyikan lagu Catch Me When I Fall yang dimedley dengan Ode Buat Kota. Kontak paduan saran terbentuk melantunkan dua lagu andalan dari bangkutaman ini. Terasa dengan hikmat bagaimana kedua lagu ini dinyanyikan dan benar-benar terasa keintiman dari setiap penonton.

Meski Bangkutaman on stage pada pukul 13.00 namun mereka tetap tampil dengan maksimal meskipun terasa nanggung bagi penonton karena mereka hanya tampil dengan membawakan sekitar 5 lagu dari album Ode Buat Kota. Saya sendiri menunggu She's Burn The Disco dan Satelit namun apa daya waktu yang diberikan panitia benar-benar pelit. Akan tetapi setidaknya mendingan ketimbang tidak sama sekali. Semoga Lekas rampung album ke-4 dan kembalilah ke taman yang akan menyambut kalian.
Bangkutaman

Dedyk E. Nugroho

Mada

Wahyu Nugroho

J. Irwin

Thursday, 24 November 2011

Penampilan Mengumbar Paha, Lirik Mengumbar Selangkangan

awalnya aku cium-ciuman
akhirnya aku peluk-pelukan
tak sadar aku dirayu setan
tak sadar aku ku kebablasan ...

Lirik di atas merupakan penggalan dari lagu Hamil Duluan yang sempat heboh di dubbing oleh duo Mojang Bandung, Shinta dan Jojo. Usai tenar dibawakan Shinta - jojo, dentangan dangdut ini menjadi lagu kebangsaan bagi hampir disetiap orkestra dangdut di tanah air. Liriknya yang sangat jelas menggambarkan dengan frontal keadaan masyarakat saat ini, ditambah oleh biduan dangdut berdandan aduhai yang membawakan menjadi sebuah magnet bagi para penonton yang mayoritas adalah lelaki. layaknya buaya diberi daging maka berebutlah mereka untuk maju kedepan sekedar untuk berjoget bersama atau sekedar memberikan saweran.

Musik dangdut bukanlah musik yang hina dan saya bukanlah orang yang anti terhadap genre musik ini. Beberapa belas tahun silam, saya termasuk anak kecil yang menikmati musik dangdut. Meggy Z, Evi Tamala, Irfan Mansyur, ataupun Iis Dahlia sudah menjadi sarapan pagi sebelum pergi kesekolah. Lirik yang sangat Indonesia dan teknik vokal yang khas menjadi daya tarik tersendiri. Akar tema dari musik dangdut sendiri adalah keseharian sosial Masyarakat Indonesia sendiri sehingga wajar dangdut menjadi musik rakyat.

Orkes Melayu Sera
Beranjak menuju dewasa ini, dangdut tampaknya sudah berubah menjauh dari bentuk awalnya. Keseharian masih menjadi sebuah pakem mendasar dalam menciptakan tema namun pengemasanya sangat berbeda. Saat ini bernyanyi dangdut tidaklah perlu teknik vokal dengan cengkok dangdut ataupun penggunaan Bahasa Indonesia yang sopan namun Berseni. Cukup suguhkan paha dan dada kemudian bergoyang bak menjajakan diri menjadi pengemasan dangdut masa kini. Belum lagi lantunan kata-kata yang erotis penggugah nafsu syahwat menjadi doa-doa para biduan dangdut agar shownya kian laris dan saweran mengalir deras.  Belum lagi ketika anak-anak kecil yang tak mengerti apa-apa yang mendengarkan lagu ini., racun syahwat mendoktrin otak kecil mereka. Apabila ini adalah pencitraan dari keseharian sosial Masyarakat Indonesia, maka sudah sampai pada tahap semacam inikah keadaan Bangsa Indonesia?

Mengkhawatirkan adalah sebuah tahapan yang sudah dicapai saat ini. Sudah sampai rusak semacam ini kah musik dan selera masyarakat kita? Entah apa yang ada dibenak kalian namun percaya musim semacam ini akan bertahan lama.

Keep absurd and abstrak!

Monday, 21 November 2011

Saya, Tim Nasional Sepak Bola, dan Nasionalisme

Ketika membahas nasionalisme, untuk beberapa orang akan bilang "Fuck You, Ekawan!" Jelas sudah menjadi sebuah label oleh beberapa orang disekitar saya bahwa, saya adalah Kafir. Kafir terhadap tumpah darah saya dan negara yang mengisi jalur darah setiap mili. Apatis menjadi sikap dingin dalam cara saya menghadapi hampir disemua perdebatan politik dan hal-hal seputar Bangsa Indonesia. Saya kafir yah memang begitu adanya namun bukan berarti saya membenci bangsa kelahiran saya. Setidaknya ada 3 hal yang masih membuat saya memiliki keterikaan terhadap Indonesia, yakni; matahari, wanita, dan sepak bola.

Sepak Bola, entah kenapa cabang olahraga ini memiliki sebuah magnet ajaib didalamnya. Ketika logika berjalan, Tim Sepak Bola Indonesia sudah lama puasa gelar, ricuh, calo, dan PSSI yang tak becus mengurusi cabang olahraga ini. Secara permainan pun juga pas-pasan, kadang bermain bagus dan kadang bermain buruk. Bisa dibilang tak ada hal yang bisa dibanggakan dari sebuah tim yang sarat akan dukungan. Akan tetapi sekali lagi saya jatuh cinta akan Tim Sepak Bola Indonesia, sebuah tim yang selalu membuat saya kecewa ketika kalah dan membuat tersenyum ringan ketika menang. 1 hal yang jelas dan membuat saya jatuh cinta adalah semangat dari Tim Sepak Bola Indonesia. Meskipun tahu dengan kemampuan yang pas-pasan, lawan yang sulit, serta tradisi Sepak Bola yang bisa dibilang kian menurun, namu para punggawa tim nasional ini selalu berjuang sepenuh hati berlari, menendang, dan terjatuh. Banyak yang melihat sebelah mata Tim Sepak Bola Indonesia, namun sesungguhnya mereka tak bisa merasakan semangat yang mereka junjung. Semangat pantang menyerah menjadi sumber semangat dalam kehidupan saya dan panutan saya dalam nasionalisme.

Yah segitulah tentang saya, sepak bola, dan nasionalisme. Buruk? yah memang buruk namun setidaknya ini adalah satu dari tiga hal yang saya banggakan dari Indonesia. Tim Sepak Bola dan semangat juang sampai titik darah penghabisan.

"You can't choose your team, it's given by God" - Antony Sutton

Wednesday, 16 November 2011

Indonesia, Surganya Konser di Asia Tenggara!

"Orang bilang tanah kita tanah surga, Tongkat kayu dan batu jadi tanaman ..." Kolam Susu - Koes Plus
Sebuah lirik yang legendaris dan mungkin hampir semua orang mengetahui lagu ini, namun entahlah bagi generasi sekarang. Sebuah lagu yang berisikan tentang kenikmatan hidup di Indonesia dengan segala kemudahan dan alamnya yang luar biasa. Bagi masa lalu, memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan begitu mudah. Seperti Koes Plus bilang "tongkat kayu dan batu jadi tanaman." Akan tetapi jaman berubah dan saat ini bukan hanya makanan yang makin mudah (re: sulit) didapat, namun konser-konser hebat makin mudah ditemui di Indonesia.

Saat ini para pecinta musik di Indonesia bak melangkah ditanah yang subur akan musik. setiap kaki melangkah akan selalu ada konser-konser musik, baik local maupun manca, yang siap menggebrak dunia konser Indonesia. Beragam genre, musisi, bahkan dari yang tak terkenal sampai kepada musisi yang sudah mencapai tingkatan legendaris hadir di Indonesia.

Awal tahun 2011 ini saja kita sudah di gebrak oleh Four Year Strong dan Set Your Goals, sampai pada musisi legendaris macam Iron Maiden, Janet Jackson, dan Kitaro. Betapa luar biasanya Indonesia menjadi tujuan para musisi Dunia. Crowd bermusik kita yang liar dan beringas menjadi sebuah trend mark tersendiri bahwa tanpa konser di Indonesia mungkin belumlah khatam live performance sang artis tersebut.

Pada 2012, kemungkinan line-up artis yang akan hadir menguras kantong pun kian sinting. Peningkatan? jelas dari segi banyaknya infasi musisi akan meningkat tajam, dari sisi kualitas? saya berani bertaruh akan lebih banyak lagi musisi-musisi absurd yang akan meramaikan. We can say Lady Gaga, Coldplay, or maybe Radiohead. Tak ada yang bisa memastikan peta konser 2012 ini namun prediksi tentu saja akan penuh dengan konser-konser yang akan menguras kantong.

Saran saya mulai dari saat ini adalah MULAI BUDAYAKAN MENABUNG! Kita tak tahu kapan ajal menjemput diri ini, begitu pula dengan kejutan-kejutan yang akan dihadirkan dunia konser di Indonesia. Kita tak akan pernah tahu siapa aja musisi yang akan mengguncang iman, dan begitu pula dengan kocek yang harus diraba. Siapkan dana mulai sekarang dan jangan sampai terlewatkan konser para musisi idola kalian semua. Maybe, they will come tomorrow!


Monday, 14 November 2011

Saya Suka Ekspresi #8

Me || Melysa Dwi Anggraeni
*Sedikit narsis ketika saya memajang foto saya pribadi, namun saya jujur jatuh cinta kepada foto kali ini. Pewarnaannya yang pas, ekspresi pun secukupnya, dan Damn Melysa looks so cute! Anyway, foto ini diambil dari kamera cellphone Melysa tanpa editing dan rekayasa pewarnaan lainnya.

Thursday, 10 November 2011

Pahlawan

Berbagai defini bebas terucap untuk mendeskripsikan kosakata Pahlawan. Setiap orang dan setiap pengalaman memiliki hak untuk menciptakan bagaimana kata pahlawan memiliki posisi pada benak disetiap orang-orang. Tiada kesamaan dalam memposisikan pahlawan tak menjadi masalah ketika semua memang memiliki persepsi masing-masing. Tiada kebenaran tunggal mengenai hal ini.

Bagi saya, pahlawan bukan hanya sekedar sosok yang heroik dan gagah berperang ditengah kecamuk perang ala holywood. Mengangkat senjata di medan laga menuju cita-cita dengan tangis darah. Sosok tangguh dan luar biasa yang membuat saya tumbuh berkembang menikmati laju keras kehidupan. Berkarakter dan sungging senyum yang memang tergurat indah dalam hati dan kenangan abadi. Mendidik bagaimana hidup mandiri, disiplin, dan orang yang selalu mendukung cucunya yang bengal ini. Yes, You're my hero (Alm.) H. Ibrahim!


Mungkin, beliau bukan hanya pahlawan bagi saya sendiri namun menjadi pahlawan bagi setiap orang yang mengenal beliau. Sikapnya yang terkesan galak dan disiplin menunjukan bagaimana garam yang ditelannya memang sangat asin hingga sepat. Merantau dari Tanah Rencong menuju Sunda Kelapa soerang diri bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi, dibalik sikap kakunya tersebut, terselip sebuah perasaan yang memang pantas untuk menyematkan dirinya sebagai pahlawan oleh orang-orang yang mengenal beliau. Lupakan seberapa banyak harta yang dipunya, setinggi apa jabatan yang dipangku, atau sekuat apa berteriak namun tetaplah beliau adalah sosok yang rendah hati dan bersahaja.

Mengenal beliau? mungkin tanpa pertolongan beliau, saya tak bisa mengguratkan tinta-tinta kelam di dunia ini. Menjadi anak kecil yang bengal dan selalu merusak apa yang ada adalah masa kenangan yang terlukis di Drompol 22. Vas bunga, kaca jendela, meja, kursi, bahkan televisi dirumah beliau sudah menjadi korban kebengalan saya sampai 5 tahun. Bisa dibilang secara kasar, beliaulah salah satu sosok yang memberikan asupan gizi dan moral-moral melalui tangannya yang kekar meskipun diusia senja. Bahkan ketika beliau sampai pada akhir hidupnya, beliau selalu mengajarkan cucunya tentang moral, semangat, dan tetap rajin belajar. Sebuah penyesalan terbesar saya adalah, saya tak sempat mengucap pamit ketika nafas terakhir dihembuskan. Namun saya peracaya, meski jasadnya telah tiada, beliau akan selalu ada di jiwa saya untuk selalu menjadi pahlawan hidup saya.
Selamat hari pahlawan, dan saya rindu akan padamu, kek!