Terlelap dalam bayang-bayang kelam. Bermuka dua menjadi sisi gelap dan terang manusia. Satu sisi mencium kerasnya bangkai yang tersimpan rapih dalam tenggorokan, sisi lain mencium wanginya mawar yang merekah indah di ujung. Melihat dibaliknya dusta yang diciptakan dan menusuk tajam dari belakang dengan sebuah belati dengan keras. Lidah tak bertulang menjadi senjata bermata dua yang siap menusuk kedua muka yang melongok. Tinggal menunggu waktu dan belati tak bertulang siap menikam.
Terkadang tiada habis pikir dan tak berniat untuk memikirkan, kenapa manusia bisa hidup dengan muka tebal dan dua? Menjilat teman untuk ditikam dari belakang. Seberingas itu kah saat ini dan menjadi sebuah tuntutan hidup? Menjilat layaknya parasit yang saling membutuhkan dan tidak bisa hidup mandiri. Menjilat atas nama teman dan senasib, menikam layaknya musuh abadi. Entah siapa yang mengajarkan semacam itu namun KALIAN MENYEDIHKAN HIDUP DALAM TOPENG KEPALSUAN!
wonderful
ReplyDelete