Bagi penikmat dan
pengamat scene indies Indonesia, beberapa bulan belakangan ini ramai
diperbincangkan tentang Pandai Besi. Mungkin sebagian orang banyak yang tidak
familiar dengan Pandai Besi, namun apabila menyebut Efek Rumah Kaca (ERK) maka
semua akan termangut paham. Pandai Besi merupakan sebuah project sampingan Efek
Rumah Kaca disela-sela pengerjaan album ke-3. Untuk mengatasi kebosanan
memainkan lagu-lagu dari dua album mereka, Efek Rumah Kaca membuat unit khusus
yang mengaransemen lagu-lagu dari dua album terdahulu. Unit Arransmen itu
bernama Pandai Besi. "Daur, Baur" hadir atas buah kesenangan Pandai
Besi.
Biasanya project
sampingan hanya untuk bersenang-senang mengatasi kebosanan, tapi ketika
senang-senang itu menjadi sebuah project serius maka direkamlah lagu-lagu
arransmen Pandai Besi. Dimana 9 lagu Efek Rumah Kaca kemudian di acak-acak
kembali oleh Cholil Mahmud (vokal, gitar) dan Akbar Bagus Sudibyo (drum)
ditambah Airil “Poppie” Nurabadiansyah (bas), Andi “Hans” Sabarudin (gitar),
Muhammad Asranur (piano), Agustinus Panji Mahardika (terompet), dan Nastasha
Abigail serta Irma (vokal latar). Keseriusan ini ditambah dengan pengerjaanya
arransmen ini sendiri dilakukan di Studio Lokananta. Sebuah Studio klasik
dengan kekuatan magis musikalitasnya yang sudah teruji klinis.
Masalah materi lagu
tidak usah dibahas karena hampir semua orang mengetahui bagaimana materi lagu
yang dimiliki ERK sudah sangat mumpuni. Hal yang menarik yang sedikit dibahas
adalah keseksian Pandai Besi dalam memporak porandakan lagu-lagu ERK dan
kemudian membangun dengan interpretasi mereka. Hasilnya sangat menyegarkan,
lebih meriah, dan lebih sexy. Menyegarkan karena jelas musik yang dihasilkan
berbeda dengan arransmen baru, lebih meriah karena Pandai Besi berdiri atas
delapan orang dengan kemampuan khususnya, serta lebih seksi dengan aura yang
diberikan.
Hanya saja, entah karena
saya menyaksikan dengan segenap indera perasa saat pengerjaan album ini atau
kuping saya yang fals, sound yang dihasilkan ketika lagu ini sudah dipadatkan
menjadi cakram tidak sesuai dengan apa yang saya rasakan saat lagu-lagu ini
direkam. Bagi saya terasa sound yang dihasilkan saat usai direkam terasa lebih
menggelegar dan lepas. Terlepas dari itu, saya ingin mengacungkan jempol untuk
Lokananta. Bagaimana ruang studio dan tata akustiknya sungguh luar biasa. Suara
yang dihasilkan terbilang cukup jelas dan denting demi denting setiap instrumen
terasa. Tiada yang bercampur baur dan semua pas pada porsinya.
Selamat mendengarkan
"Daur, Baur" dan nikmati hasil karya kalian semua (orang-orang yang
terlibat crowdfunding). Rasakan daurannya, dan pada akhirnya, semua akan
membaur di dalam Pandai Besi.
*Tulisan ini juga dimuat oleh Dean Street Billy's
No comments:
Post a Comment