Tuesday, 23 April 2013

Meltic: Duo Minimalis Masa Kini Rasa Pop 90’ Akhir

 Tidak banyak musisi pop di Kota Solo yang benar-benar tampak dan eksis. Mungkin itu adalah prakata yang cukup tepat untuk menggambarkan scene musik pop di Kota Bengawan. Solo termasyur karena scene metal yang sudah tidak usah diragukan lagi gaungnya. Jikalau ada musisi pop yang hadir, biasanya hanya selintas dan keberadaanya bak oase di padang yang tandus. Maka bisa dibilang Meltic adalah salah satu oase tersebut dan kini cukup ramai diperbincangkan di kalangan hipster Kota Solo.

Band yang terbentuk beberapa tahun silam ini beranggotakan 2 pria yang tampaknya terjebak dalam kisah cinta long distance relationship (LDR) yakni Azis Indro dan Fajri Nossa. Bagi penikmat dan pengamat scene indie di Solo, kedua jejaka tampan ini sudahlah tidak asing. Azis adalah personil unit bengal asli Solo “Sweet Killer” dan Fajri salah satu pentolan dari “PopRadio” yang juga tak akan lama lagi merilis album. Meltic yang mengklaim diri mereka mengusung jazz/accoustic pada awal tahun 2013 ini merilis debut album mereka “Tujuh Belas”.
Album "Tujuh Belas" Meltic
Album perdana mereka ini dimulai dengan 6 lagu plus 1 lagu remix cukup segar untuk didengarkan. Kembali pada format akustik, 6 materi Meltic cukup menyenangkan untuk didengarkan dikala apapun. Easy listening, kalem, dan rapi terdengar ditelinga membuat album “Tujuh Belas” cukup menyenangkan untuk didengarkan dikala santai ataupun menjelang istirahat. Untuk departemen lirik pun, masih bertemakan cinta dan lirik yang disajikan cukup lugas tanpa banyak mengeluarkan kata demi kata maut penebar cinta. Album “Tujuh Belas” ini terasa seperti sebuah cerita yang ingin Aziz dan Fajri ini bagikan kepada yang mendengarkan.

Dilagu pertama yakni “Jauh”, sebuah tembang yang berceritakan soal LDR. Perasaan khawatir perasaan yang kandas dilibas oleh jarak antar dua insan yang bercinta. Takala mendengarkan lagu ini pertama kali cukup kaget karena materi ini direkam dengan full set instrumen band. Di luar prediksi tapi menjadi lagu yang menyenangkan untuk membuka cerita “Tujuh Belas”.

“Rindu” menjadi penghias lagu selanjutnya. Tampaknya disini menjadi sebuah kegoyahan perasaan takala mulai ditinggal. Mungkin itu adalah rasa un-move on feeling. Akan tetapi disini disajikan apa yang menjadi ekspektasi diawal. Petikan senar yang santai dan kalem, tampaknya lagu ini harus dihindari ketika rindu melanda perasaan.

Masih berkutat dengan gejolak rindu dihati, “Hujan” masih melanjutkan perasaan sebelumnya. Hanya saja kali ini lebih dibawakan sedikit lebih cheerful dan sudah mulai terbiasa dengan perasaan rindu ini. “Biar-biarlah hujan membawa seribu kenangan indah antara kita berdua.”

Pemberi harapan palsu (PHP) menjadi tema yang dijadikan di lagu ini. Apakah jarak dan mulainya mengilang perlahan menjadi signal PHP? Mulailah sadar dan mulai mencari kepastian. Full set band menjadi pengiring materi “Apa Benar Cinta” dan menyenangkan untuk didengarkan ditengah-tengah list lagu. Terasa tidak membosankan dan monton. Penempatan yang tepat di tengah.

Pada lagu akhirnya jelas sekali bagaimana posisi hubungan kedunya. It’s like friendzone dan cinta bertepuk sebelah tangan karena baginya “Wanita Terindah”. Saatnya kembali menuju musik melankolis dan ekspetasi duo akustik. Sangat menyegarkan dan menyenangkan untuk didengarkan.

Track ke-6 adalah lagu penutup ”Biarlah” dan disini adalah titik move on di “Tujuh Belas”. Suasana yang lagu yang ceria dan liriknya disini terasa nyata. Liriknya pun tidak terlalu lacur untuk didengarkan namun tidak terlalu puitis. “Selama aku masih bisa menikmati mentari pagi ini yang setia menemani hingga akhir waktu…”

Secara keseluruhan, sound dan lirik yang digubah oleh band yang memiliki akun twitter @melticIndonesia ini melempar saya ke era 90-an akhir. Sekilas mendengarkan album perdana Meltic ini mengingatkan pada band semacam Caffein, Tic Band, Ada Band di era awal, serta sejenisnya. Liriknya tidak terlalu puitis namun tidak juga terlalu merakyat untuk istilah dan diksi yang digunakan. Membeli album Meltic “Tujuh Belas” tidak memberikan penyesalan. Memberikan warna tersendiri di scene musik kota yang berslogan Spirit of Java. Semoga akan ada album selanjutnya.

*Tulisan ini juga dimuat Dean Street Billy's

No comments:

Post a Comment