Tuesday, 27 December 2011

Jurnalistik: INI KORAN Vol. 2

Satu Dari Tiga Ku Tercinta

Sunset dari lantai atas Solo Square
Matahari sore diufuk barat Kota Solo. Meski diambil dari kamera hp saya namun saya rasa ini masihlah indah dan masih terasa indah untuk dinikmati.

Sunday, 25 December 2011

Lagu-lagu Nasional, Kian Terlupa!

Melihat anak-anak SD berlari dan bermain kemudian mereka bersenandung layaknya dunia adalah surga bagi mereka. Guratan polos tanpa maksud ataupun tendensi terselubung masih menyinari wajah mereka. Senyum tulus dan kadang tangisan kencang pertanda bahwa mereka masihlah anak-anak yang butuh lidungan. Lindungan dari kedua orang tua, saudara, bahkan lindungan dari negara ini.

Berbicara soal negara, apakah anak-anak kecil ini tahu tentang negara? saya berharap mereka cukuplah tahu bahwa negara kita adalah Indonesia dan kita memiliki lagu-lagu nasional yang luar biasa. Lagu-lagu yang dapat menggubah semangat dan menggetarkan rasa cinta kepada tanah air kita Indonesia. Teringat sebuah momen dimasa kecil saya dimana saya pulang sekolah pukul 12 siang dan berjalan menyusuri rel untuk menuju rumah. Berjalan melewati panas dan keringnya hari tak mematahkan semangat untuk bernyanyi. Sehari-hari saya menyanyikan lagu-lagu nasional semacam Tanah Airku, Garuda Pancasila, ataupun Indonesia Raya. Bahkan terkadang saya menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini yang kini saya sadari liriknya tersebut cukup aneh dan tidak sesuai dengan jaman. Namun sudahlah lupakan lirik Ibu Kita Kartini, lagu-lagu nasional menjadi teman perjalanan pulang.

Sempat berpikir beberapa saat dewasa ini, masihkah anak-anak SD ini tahu dengan lagu-lagu nasional? Invasi musik pagi di pesawat televisi sepertinya tidak pernah membahas tentang hal tersebut. Upacara bendera? saya yakin mereka lebih memilih bersenda gurau ketimbang menyanyikan lagu-lagu Indonesia Raya dan lain-lain. Boys dan Girls band tampaknya saat ini menjadi lagu nasional mereka yang dengan lantang mereka nyanyikan. Belum lagi musik-musik pengumbar syahwat yang kini sedang populer menambah racun dalam dunia bermusik mereka. Apakah itu mendidik? yah tentu mendidik mereka menjadi penerus bangsa yang galau dan penuh hura-hura.

Kemanakah para musisi kita? tampaknya mereka semua sibuk berbicara tentang cinta dan kemalangan nasib mereka sendiri. Menunjukan skill dan gaya mentereng tanpa menghiraukan pesan moral yang mereka ingin sampaikan. Cinta adalah segalanya dan FUCK WITH THE OTHER! Tampaknya pada saat ini lagu-lagu nasional yang menggubah jiwa serta lagu anak-anak yang mendidik sudah menjadi cerita masa lalu yang siap untuk dikirimi karangan bunga kematian. Pada keadaan sekarang ini, Indonesia butuh sosok baru pengganti Pak Kasur, Ibu Sud, AT Mahmud, dan lain-lainya. Orang-orang yang pandai menciptakan lagu dan menaruh pesan untuk anak-anak di negeri ini.

Leonardo Ringo - Tanah Airku

Saturday, 24 December 2011

Contekan Album ke-2 Leonardo Ringo “It’s You”

Leonardo Ringo adalah seorang biduan lelaki yang sedang meroket namanya akhir-akhir ini. Sukses dengan album pertamanya, The Sun, tampaknya membawa sebuah angin segar bagi Leonardo dan para penikmat musik di Indonesia. Namun sudah tak terasa hampir 2 tahun sudah album The Sun rilis dan masih menjadi sebuah tanya kapan album selanjutnya keluar.

Leonardo Ringo | Click this picture if you want to hear "It's You"
Untuk menjawab sedikit kegelisaan para penggemarnya, Leonardo membocorkan salah satu lagu yang akan dirilis pada album ke-2 yakni It’s You. Meski lagu ini masih berbentuk demo dan belum selesai seutuhnya namun sentuhan jenius Leonardo sudah sangat terasa. Berbekal Cole Clark dan Iphone miliknya, dia merecord It’s You dengan cukup ciamik. Ditambah suara beratnya yang sexy, sentuhan Blues rock, serta liriknya yang mendalam cukup untuk membuat anda tercengang dan merenung. It’s You sendiri merupakan lagu yang berisikan tentang humanisme. Kesenjangan sosial dalam keseharian menjadi perhatian utama dalam tembang ini.

Sembari menunggu album ke-2 dari seorang Leonardo Ringo, anda bisa mendengarkan lagu ini sejenak sembari menerka bagaimana sound dari album selanjutnya. Akan tetapi masih terdapat sebuah pertanyaan yang mengganjal dalam diri saya, apakah Leonardo akan menelurkan sebuah album trilogy? Ketika album pertama, The Sun, saya berpikir adakah kaitannya dengan perkataan Budha Three things cannot be long hidden: the sun, the moon, and the truth.” Well, Lets it later!


*Tulisan ini juga ada di Reviewbastard.org



Monday, 19 December 2011

Satu Yang Penuh Dengan Tanggung Jawab

Janji dimasa kini selayaknya lirik-lirik yang tercoret dalam baitan nada. Janji sudah seperti manisan bibir yang terucap dalam kata-kata indah yang melegakan. Saat berucap, ketika doa tersebut, dan sebuah janji tercipta dengan manis. Ada apa dengan janji? Janji akan satu hal yang kita yakini dan penuh dengan tanggung jawab.

Ketika saya pertama kali mendaftar untuk Fiesta FM, saya sudah berjanji tentang kesanggupan saya saat screening. Sebuah janji yang sederhana dan masih saya pengang sampai saat ini. Padahal menilik sebelum penerimaan Fiesta FM, banyak sudah tawaran untuk masuk beberapa UKM lainnya dan itu sangat menggiurkan. Bahkan untuk satu tahun kemudian tawaran-tawaran tersebut masih ada dan makin amat sangat menggiurkan. Tuntutan dunia komunikasi serta skill menjadi sebuah syarat kehidupan kedepan. Bahkan jujur, saya pun seorang fotografer yang butuh akan bimbingan dan uluran tangan. Bergabung dengan UKM fotografi adalah sebuah wadah untuk saya pribadi. Namun saya sadar bahwa saya bukanlah orang yang rajin, pandai, bertalenta dalam mengatur hidup. Tak ingin mengecewakan Fiesta ataupun hal-hal yang lainnya, saya tak bergabung kemana pun dan tetap dengan satu organisasi.

Ada apa dengan satu? Satu kegiatan dari berpuluh-puluh kegiatan yang ada. Ketika mahasiswa, mayoritas, bergabung dengan banyak kegiatan ataupun kesibukan lainnya, maka saya kukuh atas satu. Satu pilihan yang saya yakini dan menjadi sebuah pertanggungan.Ketika mayoritas berpikir bahwa kuliah adalah ajang pencarian jati diri dan mencoba adalah jalan terbaik maka saya memiliki distorsi atas dasar pemikiran itu. Satu bukanlah sebuah hal yang main-main dan dapat digunakan sebagai kelinci percobaan. Untuk memegang satu dengan penuh tanggung jawab dan kesanggupan penuh sudahkah kalian meyakini itu? Heran saya dengan orang yang memegang banyak hal namun banyak pula hal-hal yang terbengkalai. Waktu berputar 24 Jam dan itulah keterbatasan manusia yang telah digariskan oleh Tuhan, untuk satu saja yang penuh dengan tanggung jawab mungkin akan kurang dan sangat terdesak.

Ini bukanlah sebuah tulisan provokasi ataupun sebuah visualisasi iri namun sebuah pergerakan akan kesadaran tentang satu dan menjadi janji. Sudahkan anda melakukan satu yang sudah anda janjikan dengan penuh tanggung jawab? Don't be selfish and look at around you.

Wednesday, 14 December 2011

TOSCA - Oh Nina

TOSCA  - Oh Nina


You're always in my mind oh you...
you'll see so much in me...
you'd always be my frog, you'd always be my....
you'll see so much in three...you'll see...

(I see) The world has turned to blue
(I see) The world has turned to yellow

We were nine and eleven oh we...
we'll see so much in us
We were Belle & Sebastian, singing in the rain
We'd dream so much of us...We'd dream..

(I see) The world has turned to blue
(I see) The world has turned to yellow

You're always in my heart oh you...
you'll see so much in me...
Even if we're apart, you'd always be mine


Music by Marselinus Krishna & Teguh Hari
Lyrics by Arief Nugroho & Teguh Hari
Mixing & Mastering by OC Cahyono at Zoundlab Studio,Sheffield, UK

Single Terbaru duo electronic Yogyakarta, Oh Nina, yang hanya dibagikan secara cuma-cuma untuk 50 orang saja. Bila Penasaran dengan Oh Nina, just follow them on @Ohninaband dan tunggu album terbaru dari mereka.

Tuesday, 13 December 2011

Jurnalistik: INI KORAN Vol. 1

Sebuah koran militan yang beredar di UNS Surakarta. Berbahaya dan jaminan mutu. Please welcome "INI KORAN" !
INI KORAN Hal. 1
INI KORAN Hal. 2
UNS PRES CARD

Sunday, 11 December 2011

AKSEN XVIII Bersama Endah And Rhesa

Pamflet Aksen XVIII SMA Negeri 3 Surakarta
Penampilan duo akustik, Endah And Rhesa, tampaknya menjadi sebuah alternatif untuk menutup akhir pekan. Endah And Rhesa tampil sebagai Guest Star di Aksen XVIII, acara pensi, SMA 3 Surakarta  (11/12). Acara yang digelar untuk ke-18 kalinya ini mengambil venue di Taman Balekambang setelah ditahun-tahun sebelumnya acara Aksen hanya berada digelar di sekolahan. Sebelum duo Endah And Rhesa menyapa Solo, Aksen XVIII telah dibuka oleh beberapa penampilan dari local scene seperti Popradio, Sweet Killer, dan Babylon.

Endah And Rhesa menyapa penonton dengan lagu Waiting yang diambil dari album ke-2 Look What We've Found. Hampir selama 30 menit pasangan suami istri ini menghibur penonton yang mayoritas remaja dengan lagu-lagu andalan mereka. I Wish You Were Here, I Don't Remember, dan When You Love Someone menjadi beberapa lagu pamungkas dalam aksinya kali ini. Bahkan Endah And Rhesa mengcover sebuah lagu lawas In The Jungle karya Solomon Linda tahun 1939. Tak hanya bermodalkan hits-hits mereka yang cimaik namun Endah And Rhesa menunjukan skill mereka dalam bermusik. Endah menunjukan bagaimana dia sungguh piawai dalam bermain gitar dan Rhesa dengan bassnya menjaga rhythm penampilan mereka. Sungguh sebuah  pertunjukan yang luar biasa.
Endah And Rhesa
Penampilan Endah And Rhesa di Balaikambang sedikit memiliki kesan tersendiri bagi mereka. Selain ini adalah penampilan perdana mereka di Solo, Solo merupakan kampung halaman dari Endah. Keluarganya berasal dari Sukoharjo dan sebelum tampil, Endah sempat mengunjungi nenek dan kakeknya yang sudah berumur 90 tahun. "Senang rasanya bisa manggung disini, keluarga saya asli dari solo ..." tutur Endah disela-sela penampilannya.

Untuk nenutup penampilan mereka, Endah And Rhesa membawakan Baby It's You yang dijamming dengan apik. Tampak kepuasan hadir di setiap raut wajah para penonton. Mereka tampaknya senang dengan panmpilan yang luar biasa dari Endah And Rhesa. Semoga Endah And Rhesa bisa segera untuk pulang kampung kembali.

Note:
Special thanks untuk Yudita Trisnanda (@YTrisnanda) untuk tiket AKSEN XVIII :)

Saturday, 10 December 2011

Rising Pop Rising Town #4: Penyegaran Diantara Penyeragaman

Beberapa hari yang lalu, saya sempat berceletuk di dunia maya bahwa pensi di Kota Solo sudah layaknya acara musik di tv. Keseragaman ini bukan berdasarkan sekeder penonton yang bergaya layaknya pembantu rumah tangga sedang bekerja ataupun anak SD yang sedang diajari menari, tapi lebih kepada musik yang disajikan. Dari panggung ke panggung, pensi ke pensi, bahkan cerita bermusiknya pun segaram. Band-band yang mengisi pentas seni seakan sudah tidak ada pilihan untuk menampilkan band-band lain. Panggung sudah dimonopoli dan pikiran anak-anak SMA sudah di pasang dengan kacamata kuda. Berbeda genre namun seragam dan itu melulu. Beruntung akhir pekan ini, ada sebuah penyelamatan. Setidaknya menjadi alternatif lain bagi yang bosan dengan yang itu-itu melulu. Rising Pop Rising Town kembali digelar untuk keempat kalinya dan masih dengan venue yang sama De Tree Laweyan.
Poster Rising Pop Rising Town #4
Bagi yang asing dengan Rising Pop Rising Town, gigs ini adalah sebuah bentuk pergerakan underground pop di Kota Solo. Sebuah gerilya band-band Solo dan sekitarnya untuk menunjukan taji bahwa Solo memiliki komunitas pop yang cukup aktif dan berbahaya.Mungkin Gigs yang hangat, saling menyapa, saling support, dan tiada batasan adalah gigs yang sebenar-benarnya gigs. selama ini Solo sedang membentuk diri sebagai salah satu barometer scene musik rock tanah air namun jangan lupa bahwa tidak hanya rock namun pop pun masih ada di Kota Bengawan ini. Berawal dari sebuah scene bersepeda dan kini Rising Pop Rising Town sudah menapaki episode ke-4. Semakin besar dan semakin beringas mengkampanyekan suara pop culter Kota Solo.
Kucing Disco
TIket Rising Pop Rising Town #4 | CD Answer Sheet | Krupuk Rambak Kucing Disco | Stiker Winter Issue

Rising Pop Rising Town #4 terjadwal untuk mulai membuka pukul 7 malam dan sedikit telat adalah lumrah lantas terlupakan. Seperti biasa sebelum masuk membeli karcis seharga Rp. 5000,- perak serta mendapatkan stiker. DI depan tampak terjaja dengan rapi beberapa rilisan band-band yang akan bermain dan saya sempat membeli salah satu rilisan yang dijajakan. Masuk venue sudah dihajar dengan band pertama adalah band tuan rumah Kucing Disco. Band Post Rock yang mungkin paling chaos dan ugalan-ugalan dalam acara ini. Lupakan suara melodi, beat yang terdelay, apalagi sound yang bersih. Full distortion dan stage act yang benar-benar terbuka. Semua dapat bernyanyi dan semua dapat berteriak tanpa ada sekat dan pembatas. Hal yang paling chaos dari band ini adalah merchendise yang mereka bagikan yakni berupa kerupuk rambak, krupuk kulit khas Solo, yang diberlabel band mereka Kucing Disco. Overall Kucing Disco adalah kucing paling berbahaya di Kota Solo.
Usai  Kucing Disco membuat huru-hara, saatnya local hero Kota Solo, Home Alone, ujuk kejantanan mereka. 5 jejaka tangguh menguasai panggung dan bermain lebih bersih ketimbang band sebelumnya. Mengusung rock dengan sedikit nuansa post dan melodic, sudah pokoknya mereka bermain, cukup menarik minat penonton. 4 Lagu mereka bawakan dan tampaknya sudah sangat cukup untuk menangkat tensi penonton, terutama para penonton yang baru saja memasuki De Tree.

Kemudian saatnya salah satu band tandang asal Jakarta pengusung psychedelic grungge, Televisi Hitam Putih, siap mengguncang De Tree. 4 pejantan berutubuh kurus dan dengan berjuta kejutan siap menghajar penonton. Setting alat yang cukup lama sempat menurunkan tensi penonton namun ketika gitar siap, tensi penonton seakan kembali pada titik panasnya.  Kasarnya distori, lirik yang sarkas, teatrikal panggung, serta peralatan bermusik yang dibawa sungguh mencengangkan. Dengan gitar, bass, drum, dan banyak pekakas sederhana yang mereka bawah sungguh mencengangkan. Sound-sound efek yang dihasilkan begitu alami akrab ditelinga. Mungkin dengan suara-suara semacam itu membuat teatrikal yang mereka bangun tampak sangat berhasil mengajak penonton merapat akan bibir panggung.

setelah panggung dikuasai oleh band asal Jakarta, Televisi Hitam Putih, kini saatnya band local kembali memegang kembali crowd Rising Pop Rising Town. Carment kembali bangkit setelah vokalis mereka Wisnu kembali dari entah berantah. Sempat memegang kendali dunia pensi di Kota Solo, tampaknya sisa kejayaan mereka masih terasa dan ditunggu oleh banyak orang. Menurut saya, Carment adalah band post rock dengan sound terbersih malam ini benar-benar luar biasa. Akan tetapi tampaknya faktor umur dan sudah lama vakum dari dunia band membuat penampilan mereka tidaklah segahar beberapa tahun silam. Beruntung Discomatematis masih mampu menaikan tensi crowd malam itu sampai pada titik pecah dan mereka berhasil.

Panggung kembali diambil alih oleh band asal Bekasi, Revolution Pop. Seperti nama mereka, Revolution Pop benar-benar membawa pop kedalam tatanan baru. Musik yang sedikit deep namun berhentak keras membuat fasih penonton untuk merapat dengan panggung. Sekilas melihat personil Revolution Pop tampak biasa saja dan kalem namun tunggu sampai biduan mereka menunjukan batang hidungnya. Anda mungkin akan merasa seperti Robert Smith, Jarvis Cocker, serta Brett Anderson merasuk kedalam tubuh vokalis mereka. Berdansa tiada henti, berteriak, melompat, serta menunjukan gimmick pesakitan membuat mereka merevolusi pop biasanya. Patut untuk disimak suatu saat nanti.

Setelah dari Bekasi, kini panggung diambil alih oleh Answer Sheet asal Yogyakarta. Yogyakarta kota pendidikan dan kota seni. Seniman serta musisi hebat akan selalu bermunculan dari Kota Gudeg ini. Anwer Sheet mengusung musik pop yang benar-benar fresh. Bermodalkan Ukulele mereka sudah bisa menciptakan hamonisasi nada-nada yang sangat lembut, tenang, dan sebagai pengantar untuk menikmati hidup. Tak salah ketika saya membeli CD mereka dan harganya pun cukup fantastis Rp. 10.000,-. Ketika biasanya dengan uang segitu anda hanya mendapatkan kebab, maka kali ini dengan Rp. 10.000,- saya mendapatkan sebuah karya yang luar biasa berkarakter. Berucaplah syukur mereka yang lahir di Yogyakarta dan memiliki talenta berbakat.
Leon's Labyrinth
Leon's Labyrinth kembali mengangkat crowd yang dingin setelah Answer Sheet dengan musik slow rock mereka. Leon's Labyrinth mengingatkan saya akan musik-musik rock jaman dulu semacam U2 dan mereka sungguh menyenangkan. Simple namun memiliki karakter yang berbeda dengan band-band yang telah mengicipi panggung Rising Pop Rising Town #4. Untuk Leon's Labyrinth saya minta maaf karena jujur saya tidak mendapatkan feel untuk menikmati kalian.
Winter Issue
Band puncak kali ini di bawa pengang oleh Winter Issue asal Bekasi. Band brith pop yang memiliki personil seorang wanita nan aduhai ini sangat menarik untuk disaksikan. Suara vokalis utama mereka sungguh bulat serta beat yang up membuat sepanjang penampilan mereka sungguh luar biasa mengoyangkan tubuh. Apalagi dengan aktifnya sang biduan berinteraksi dengan penonton membuat semua merasa nyaman bersama Winter Issue. Sound yang dihasilkan pun cukup segar dan menurut kuping saya yang fals ada beberapa sound yang mirip dengan Radiohead. Akan tetapi memiliki sound yang sama dengan Radiohead atau tidak, Winter Issue benar-benar membahagiakan untuk penonton Rising Pop Rising Town.

Acara berkhir? Yak MC sudah menutup acara tersebut dengan Wasalamualaikum namun sebuah band susulan baru saja hadir dari panggung sebelah. Ketika beberapa hari yang lalu saya galau untuk menonton Carment atau Festivalist, maka di Rising Pop Rising Town mereka datang secara mendadak. Tampaknya gong acaranya memang siap untuk ditabuhkan dan menjadi semacam acara after party Festivalist. Satu hari Dua Festival mereka sambangi. Tampak rajut kelelahan dimuka masing-masing personil namun tampaknya Festivalist tahu bagaimana cara bersenang-senang. 4 lagu, tanpa berikade, full body contact, serta gelak tawa sorak gembira mewarnai panggung Festivalist. Festivalist menutup after party mereka dengan doa "Mati Muda". Sedikit sedih ketika Hari Peradaban Terakhir urung dibawakan namun sudahlah mereka luar biasa malam ini.
With Farid Stevy (Festivalist)
Jam menunjukan pukul 12 tepat dan ini pertanda acara benar-benar usai. Acara ditutup dengan bau asap rokok yang bercampur alcohol, telinga yang berdengung, mata pedas, suara habis, serta kebahagiaan yang tak terhingga. Sebuah gigs yang luar biasa dan benar-benar jarang di Kota Solo. Perlu sebuah apresiasi besar pada acara ini dalam membanggun sebuah scene pop di Kota Solo dan semoga Dean Street Billy's bisa membuat sebuah scene yang benar-benar merangkul band-band pop di Kota Solo.


Monday, 5 December 2011

Kado Natal Dari Stereomantic

Natal sudah dekat dan kini para musisi kembali meramaikan dunianya dengan lagu-lagu rohani penyambut Natal. Berbondong-bondong para musisi membuat lagu penyambut suka cita Natal. Sebut saja Maria Carey, John Mayer, dan masih banyak lagi. Bagaimana dengan musisi local? tenang saja karena Stereomantic sudah mempersiapkan kado Natal bagi pencinta mereka.


Duo electronic pop asal Jakarta, Aroel dan Maria, sudah bersiap menyambut natal. Terbukti dengan ini Stereomantic sudah mempersiapkan sebuah single penyambut Natal yakni Last Christmas. Sebuah hits lawas dari Wham! yang mungkin menjadi anthem umat Kristen. Sudah puluhan mungkin ratusan musisi mengcover ulang lagu ini dan saat ini saatnya Stereomantic memberikan sentuhan pop electronic mereka pada hits ini. Belum lagi sentuhan suara Maria yang seperti biasa lembut dan menyejukan hati sangat pas untuk menyanyikan lagu ini.

Bagi yang penasaran dengan Last Christmas versi Stereomantic kalian bisa mendapatkan ini secara dengan cara cukup klik pada gambar diatas. Namun single Last Christmas ini tidaklah gratis dan harus membayar. Bukan uang ataupun credit card yang digunakan untuk membayar namun twitter adalah mata uangnya. Seperti apa prosesnya? silahkan download saja dan nikmati cara pembayaran serta single Last Christmas hasil gubahan Stereomantic.

www.stereomantic.com
@Stereomantic


*Tulisan ini juga di muat reviewbastard.org