Agustus 2010 adalah bulan yang sangat menyedihkan bagi para kolektor CD. Pasalnya pada bulan itu Aquarius menutup beberapa gerai kasetnya yang bertempat di Pondok Indah, Dago Bandung, dan Surabaya. Penutupan beberapa gerai ini akibat turunnya tingkat penjualan kaset dan CD di Indonesia. Penurunan angka penjualan ditengarai oleh maraknya pembajakan yang berkembang subur nan makmur di Indonesia dan penjualan secara digital kian marak.
Pembajakan di negara ini mungkin tak hanya pada sektor hak karya dan cipta namun pada segala aspek kehidupan kita pun sudah ada pembajakan di setiap hembusannya. Namun tampaknya pembajakan benar-bener menikam industri penjualan CD tepat pada bagian yang vital. Para pembajak menawarkan CD bajakan mereka dengan harga yang murah, isi yang sama, dan kualitas isi yang hampir setara dengan CD asli. Selain itu kita pun lebih mudah membeli CD bajakan ketimbang CD asli. Bisa anda hitung berapa banyak lapak CD bajakan yang anda lewati ketika anda sedang berjalan di Blok M atau Cawang? Bagi kita orang Indonesia awamnya, ketika ada yang lebih murah, kenapa juga mesti beli yang mahal. Jargon Sialan!
Selain pembajakan, kemajuan jaman dan teknologi melahirkan konsep pasar yang baru yakni penjualan secara digital. Bagi yang belum tahu apa itu penjualan secara digital, biar saya perjelas dengan kata RBT, beli MP3 pada situs-situs berbayar, dan itunes. Yah itu lah konsep penjualan digital. Hanya dengan duduk di depan komputer berkoneksi internet pas-pasan, anda sekalian sudah bisa membeli sebuah karya musik dan bisa anda langsung nikmati. Selain itu tak perlu repot juga menyiapkan rak untuk meletakan dimana barang yang anda beli karena semua sudah tersusun pada file musik anda dan semua rapih. Tak memerlukan space untuk meletakannya. Bahkan penjualan musik digital ini sangat up to date. Tak perlu menunggu berbulan-bulan agar CD tersebut sampai di Indonesia, pada saat itu juga anda bisa membelinya (saat musik tersebut dijual). Benar-benar trobosan yang sangat modern dan mematikan.
Entah CD bajakan banyak ataupun penjualan digital mempermudah, bagi gw pribadi membeli CD asli lebih menyenangkan dan rasanya lebih memuaskan birahi gw untuk menambah pundi-pundi koleksi CD gw. Bagi orang Indonesia typical gw, lebih puas rasanya membeli sesuatu yang berbentuk barang. Bagaimana dengan anda? Sudahkan anda mempunyai CD asli? Semoga CD tidak punah dan bisa terus menghidupi musisi kita.
Di muat dalam fanzine Jakarta Stage edisi I
Pembajakan di negara ini mungkin tak hanya pada sektor hak karya dan cipta namun pada segala aspek kehidupan kita pun sudah ada pembajakan di setiap hembusannya. Namun tampaknya pembajakan benar-bener menikam industri penjualan CD tepat pada bagian yang vital. Para pembajak menawarkan CD bajakan mereka dengan harga yang murah, isi yang sama, dan kualitas isi yang hampir setara dengan CD asli. Selain itu kita pun lebih mudah membeli CD bajakan ketimbang CD asli. Bisa anda hitung berapa banyak lapak CD bajakan yang anda lewati ketika anda sedang berjalan di Blok M atau Cawang? Bagi kita orang Indonesia awamnya, ketika ada yang lebih murah, kenapa juga mesti beli yang mahal. Jargon Sialan!
Selain pembajakan, kemajuan jaman dan teknologi melahirkan konsep pasar yang baru yakni penjualan secara digital. Bagi yang belum tahu apa itu penjualan secara digital, biar saya perjelas dengan kata RBT, beli MP3 pada situs-situs berbayar, dan itunes. Yah itu lah konsep penjualan digital. Hanya dengan duduk di depan komputer berkoneksi internet pas-pasan, anda sekalian sudah bisa membeli sebuah karya musik dan bisa anda langsung nikmati. Selain itu tak perlu repot juga menyiapkan rak untuk meletakan dimana barang yang anda beli karena semua sudah tersusun pada file musik anda dan semua rapih. Tak memerlukan space untuk meletakannya. Bahkan penjualan musik digital ini sangat up to date. Tak perlu menunggu berbulan-bulan agar CD tersebut sampai di Indonesia, pada saat itu juga anda bisa membelinya (saat musik tersebut dijual). Benar-benar trobosan yang sangat modern dan mematikan.
Entah CD bajakan banyak ataupun penjualan digital mempermudah, bagi gw pribadi membeli CD asli lebih menyenangkan dan rasanya lebih memuaskan birahi gw untuk menambah pundi-pundi koleksi CD gw. Bagi orang Indonesia typical gw, lebih puas rasanya membeli sesuatu yang berbentuk barang. Bagaimana dengan anda? Sudahkan anda mempunyai CD asli? Semoga CD tidak punah dan bisa terus menghidupi musisi kita.
Di muat dalam fanzine Jakarta Stage edisi I