Sunday, 30 January 2011

Compact Disk Oh Riwayatmu!

Agustus 2010 adalah bulan yang sangat menyedihkan bagi para kolektor CD. Pasalnya pada bulan itu Aquarius menutup beberapa gerai kasetnya yang bertempat di Pondok Indah, Dago Bandung, dan Surabaya. Penutupan beberapa gerai ini akibat turunnya tingkat penjualan kaset dan CD di Indonesia. Penurunan angka penjualan ditengarai oleh maraknya pembajakan yang berkembang subur nan makmur di Indonesia dan penjualan secara digital kian marak.

Pembajakan di negara ini mungkin tak hanya pada sektor hak karya dan cipta namun pada segala aspek kehidupan kita pun sudah ada pembajakan di setiap hembusannya. Namun tampaknya pembajakan benar-bener menikam industri penjualan CD tepat pada bagian yang vital. Para pembajak menawarkan CD bajakan mereka dengan harga yang murah, isi yang sama, dan kualitas isi yang hampir setara dengan CD asli. Selain itu kita pun lebih mudah membeli CD bajakan ketimbang CD asli. Bisa anda hitung berapa banyak lapak CD bajakan yang anda lewati ketika anda sedang berjalan di Blok M atau Cawang? Bagi kita orang Indonesia awamnya, ketika ada yang lebih murah, kenapa juga mesti beli yang mahal. Jargon Sialan!

Selain pembajakan, kemajuan jaman dan teknologi melahirkan konsep pasar yang baru yakni penjualan secara digital. Bagi yang belum tahu apa itu penjualan secara digital, biar saya perjelas dengan kata RBT, beli MP3 pada situs-situs berbayar, dan itunes. Yah itu lah konsep penjualan digital. Hanya dengan duduk di depan komputer berkoneksi internet pas-pasan, anda sekalian sudah bisa membeli sebuah karya musik dan bisa anda langsung nikmati. Selain itu tak perlu repot juga menyiapkan rak untuk meletakan dimana barang yang anda beli karena semua sudah tersusun pada file musik anda dan semua rapih. Tak memerlukan space untuk meletakannya. Bahkan penjualan musik digital ini sangat up to date. Tak perlu menunggu berbulan-bulan agar CD tersebut sampai di Indonesia, pada saat itu juga anda bisa membelinya (saat musik tersebut dijual). Benar-benar trobosan yang sangat modern dan mematikan.

Entah CD bajakan banyak ataupun penjualan digital mempermudah, bagi gw pribadi membeli CD asli lebih menyenangkan dan rasanya lebih memuaskan birahi gw untuk menambah pundi-pundi koleksi CD gw. Bagi orang Indonesia typical gw, lebih puas rasanya membeli sesuatu yang berbentuk barang. Bagaimana dengan anda? Sudahkan anda mempunyai CD asli? Semoga CD tidak punah dan bisa terus menghidupi musisi kita.

Di muat dalam fanzine Jakarta Stage edisi I

Sunday, 23 January 2011

Interview Jimi Multhazam Tentang "Morfem"

Sebuah band baru dari Jakarta hadir lagi memenuhi belantika musik nusantara yang kian merayap berwarna-warni. Morfem adalah nama band handal baru yang berisikan orang-orang lama yang telah hafal seluk beluk belantika musik Indonesia dan keramaian Kota Jakarta. Beranggotakan Jimi Multhazam (Voc./The Upstairs), Pandu Fathoni (Gitaris/The Porno), Bramasta J. (Bass/JARB), dan Alexanders Warnerrin (Drummer/Nervous Breakdown).

Tanggal 13 Januari 2011 tampaknya menjadi tanggal kramat bagi Morfem dikarenakan album perdana Morfem yang bertajuk "Indonesia" rilis untuk pertama kali di bursa musik Indonesia. Ingin tahu bagaimana lebih lanjut tentang album perdana Morfem ini, berikut adalah sedikit wawancara Jimi Multhazam terhadap Fiesta FM:

Eka: "Sebelumnya selamat Bung Jimi atas rilisnya album perdana Morfem. Bagaimana rasanya setelah perjalanan yang cukup panjang bersama morfem?"
Jimi: "Thank you Ekawan. Perjalanan Morfem ini baru di mulai. Dan gue optimist denga perjalanan ini. Karena gue satu pesawat sengan orang-orang yang optimist ha ha ha."

Eka: "Nama Morfem itu sendiri artinya apa dan bagaimana inspirasi Bung Jimi sehingga memberikan nama Morfem pada band yang sekarang ini?"
Jimi: "Morfem di pilih karena suku kata ini memiliki konfigurasi huruf yang bernilai grafis tinggi. Mudah di terapkan di mana saja. Dan artinya cukup keren untuk nama sebuah band."

Eka: "Anda menyebut Morfem ini beraliran apa? Bung Jimi sering bilang ini punk, pop, fuzz, ataupun folk."
Jimi: "Percampuran dari unsur tadi, kalo ada ide untuk menamakan silahkan :)"

Eka: "Sebelum album Morfem "Indonesia" rilis, Bung Jimi berserta kawan-kawan telah mempromosikan single "Pilih Sidang atau Berdamai" dan "Gadis Suku Pedalaman". apakah ini suatu bentuk kampanye untuk album "Indonesia" ini?"
Jimi: "Bisa di bilang begitu. Perkenalan lah pada masyarakat. inilah sound Morfem."

Eka: "Berapa lama waktu yang diperlukan Morfem untuk menyelesaikan album ini?"
Jimi: "Satu tahun. Sebenernya waktu produksinya lebih singkat. Tapi di hitung dengan negosiasi dengan demajors, design dan eksekusi lain total 1 tahun."

Eka: "Setelah "Pilih Sidang atau Berdamai", single mana lagi yang akan dijagokan Morfem sebagai alat kampanye Morfem?"
Jimi: "Wah kalo itu masih rahasia. nantikan kejutannya. Yang pasti video klip "Pilih Sidang atau Berdamai" akan di garap oleh kolaburasi JIMI vs HENRY (Jimi Multhazam dan Henry Foundation Goodnight Electric)"

Eka: "And last question, apa harapan Morfem kedapan dan Morfem mau di bawa kemana selanjutnya?"
Jimi: "Morfem akan menjadi topik pembicaraan hangat di Indonesia dan tiap individu memiliki albumnya, setiap akhir pekan mereka menyaksikan konsernya :)"

Demikianlah wawancara singkat dengan Bung Jimi dalam menerangkan album ini. Dan bagi abstrakers yang penasaran dengan album terbaru dan terdassyat di awal tahun 2011, bisa mulai membeli di toko-toko kaset handal kepercayaan kalian semua atau bisa pesan via pos dengan cara:

sms ke 0858 11 764 764 / email ke morfem.info@gmail.com
sertakan
Nama:
Alamat Lengkap:
No Telp/HP

Transfer ke rekening BCA 2741287023
seharga CD +Ongkos kirimnya


Selamat mendengarkan,
MORFEM DATANG SEMUA SENANG!



Nb: Morfem akan dibahas pada sesi Indiesta di 107.7 Fiesta fm Intelectually Yours (Only Uns, Solo)!

Menjujung Langit, Menginjak Bumi

Salam Abtrakers.

Like anothers Sunday, hari ini cukup dirumah dan tak mandi seharian. Apakah ini yang kita akan bahas? tentu saja tidak. I think, all of you doesn't interest about gak mandi seharian. Tapi yang akan kita bahas adalah sebuah kebiasaan orang-orang yang sedikit gw. Kebiasaan yang menurut gw gak masalah sih tapi itu menjadi masalah untuk telinga gw. Kebiasaan orang-orang di sekitar gw yang suka ngomong "elu-gw".

Sudahkah kalian pernah menonton FTV di salah satu televisi swasta di Indonesia? FTV biasanya mengambil lokasi di Yogya, Solo, dan Bali. Bagaimana tanggapan kalian terhadapat orang yang "medok" dan berusaha mengucapkan "elu-gw" kepada lawan mainnya? Cukup aneh terdengar bukan pada telinga orang-orang Jakarta dan sekitarnya. Mungkin apa bila ada orang Jakarta, ia akan tertawa ataupun membatin "how weird they are". Mungkin tak ada masalah dalam hal ini dan tak ada peraturan dalam mengucapkan "elu-gw" dan sudahlah.

Tapi ini adalah sebuah hal yang serius. Ketika gw tinggal di Solo, gw, meskipun orang Jakarta, sebisa mungkin tak berucap atau pun menggunakan kata ganti nama "elu-gw" dalam percakapan sehari-hari. Hal ini bagi gw untuk menghormati orang-orang Solo. Gw merasa tidaklah pas dan sopan menggunakan kata ganti "elu-gw" dalam percakapan sehari-hari dimana mereka biasanya menggunakan kata ganti sapaan "aku-kamu". Hal ini penting karena ini masalah kesopanan dan kesopanan ini masalah karena menyangkut ini penting.

Jadi bagi teman-teman ku yang asli orang Solo atau pun yang "medok" lingualnya, dimohon dan saya berharap tidak menggunakan kata "elu-gw" dalam perbincangan sehari-hari. Bukan karena gw rasis ataupun benci tetapi ini demi kebaikan kita semua. Dengan kalian yang tidak mengucapkan kosakata tersebut maka teman-teman sekalian telah menyelamatkan teman-teman yang dari Jakarta dari dosa memperolok orang lain. Tak ada maksud lain dan gw pun menghormati kalian. Tiada maksud apapun dan hanya ingin respect. 

Keep Absurd and, 
PMA

Thursday, 20 January 2011

Lebih Dari Sekedar Bangga!

Mungkin ini hanya sehelai kain yang terjahit rapih menjadi sebuah kaos. Tak lebih dari sekedar busana yang digunakan. Tetapi kaos ini bagi gw adalah sebuah lambang kebanggan. Ketika Garuda tersemat di dada kiri, melambangkan saya bangga menjadi Indonesia. Mungkin gw bukanlah atlet sepak bola yang bisa menggunakan kaos ini ketika dalam sebuah acara resmi, berjuang menerbangkan Sang Garuda ke puncak tertinggi, akan tetapi entah berantah kenapa ketika menggunakan kaos yang terjahit Lambang Garuda pada dada sebelah kiri, gw merasakan hal yang berbeda dalam batin. Ini bukan curhatan, ini bukan kebohongan. Ini adalah sebuah penyemangat untuk gw supaya bisa lebih baik dan bisa mengharumkan Indonesia di luar sana. Bukan hanya lambang, kaos, ataupun model semata tetapi ini adalah LEBIH DARI SEKEDAR BANGGA!

Nb: Pas mesen sih ada angka 20 tapi pas dateng kok yang cuma polosan doank? ah yang jualan payaaaaah.

Wednesday, 19 January 2011

Indonesian Legend Concert Tour 2011 feat. Daniel Sahuleka

Abstrakers yang budiman dan bijaksana, akhirnya saya kembali membuat review musik dan I'm so happy. Di tengah kemelut Gayus Sang Jagoan yang sedang hip namun tetap saja Gayus tak kan bisa mengalahkan one of my fave. singer, Daniel Sahuleka. He's come from Netherland to Indonesia dalam rangka mengadakan tour di Indonesia. Pada tanggal 18 Januari 2011, Daniel Sahuleka dijadwalkan tampil di Sunan Hotel (Solo) dan di gandeng oleh Djubir Production sebagai EO-nya di Kota Solo. Dalam acara kali ini Daniel Sahuleka akan tampil pula bersama Koes Plus. Namun pada ini gw tidak akan membahas tentang Koes Plus karena gw tak menyaksikan Koes Plus dikarenakan sudah ngantuk pada saat itu dan sudah pulang.

Acara yang seharusnya dimulai pukul 20.00 WIB harus molor menjadi 20.00 Waktu Sunan Hotel, kalau waktu Indonesia bagian barat sekitar 20.20. Acara dimulai dan dibuka oleh MC Adia Prabowo (@adia311) yang berdandan cukup cantik malam tersebut. Sebagai awalnya di berbasa-basi sejenak, membacakan peraturan selama acara berlangsung, dan berbincang-bincang sejenak dengan Daniel Sahuleka sembari menunggu Daniel Sahuleka Check Sound. Indonesian Legend Concert Tour 2011 ini terbagi atas 3 kelas dan disemua kelas ini tampak ramai orang yang menyaksikan. Arloji di tangan kanan gw menunjukan pukul 20.40 dan Daniel pun mulai menyanyikan lagu pertama. Daniel Menyanyikan lagu "If I didn't" sebagai pembukanya. Pada lagu pertama. Penonton tampak diam dan menikmati petikan gitar dan suara khas dari penyanyi kelahiran Semarang, 6 Desember 1950. Suara khasnya membuat semua bernostalgia dalam melodi Daniel.

Namun keheningan dan kekhusukan ini hanya berlangsung 1 lagu saja. Sehabis itu, konser ini tak pelak bagai konser di THR setiap hari-hari tertentunya. Sound System yang buruk (entah karena soundman yang kurang berbakat atau memang keinginan Daniel yang ingin Sound seperti itu) membuat penonton tak nyaman dan merasakan dengan sempurna suara emas musisi berdarah ambon tersebut. Banyak suara-suara noise dan terikan penonton yang tampaknya terbiasa menonton dangdut koplo membuat suara Daniel Sahuleka tak terdengar dan makin kecil saja. Puncaknya ketika mic Daniel Sahuleka mengelurkan dengungan yang memekikan telinga sehingga konser terhenti sejenak. Sungguh ironis dan menyedihkan sekali sound malam itu. Daniel yang kurang lebih bernyanyi selama 1 jam tampaknya mulai sedikit jenuh dan menutup konser dengan 2 lagu pamukasnya yaitu; "Don't Sleep away The Night" dan "You Make My World So Colourful". Kontan sing along pun terjadi pada bagian inti lagu tersebut. Pertunjukan Daniel pun berakhir sudah dan memberikan sedikit kekeceawaan bagi gw pribadi atas sound yang buruk dan attitude penonton yang KAMPUNGAN!

Sekian review tentang kekecewaan gw. Semoga soundman di Kota Solo bisa lebih baik selanjutnya dan attitude para penonton pun bisa lebih menghargai dan tidak kampungan kembali. Ternyata attitude orang tua dalam menonton konser lebih rendah dari pada anak muda. 

Keep absurd and, 
PMA

Sunday, 16 January 2011

Demo's for Rock In Solo 2011

Kamu punya band cadas dan merasa cukup keren untuk tampil? tak usah ragu dan gundah gulana untuk kalian kawan ku, hai musisi. Rock In Solo 2011 akan hadir menyapa kalian dan haruslah KALIAN menjadi bagian dari sejarah terbaik yang akan tercipta.



Bagaimana caranya berpartisipasi dengan acara ini sebagai salah satu pengisi acara ini? mudah sekali kawan, cukup kirimkan Demo CD kalian ke:

Metal Militia attn Victor Juliano
Jalan Ngagel Jaya Selatan I No 2
Surabaya - Indonesia 60284

atau

The Think Organizer an. Stephanus Adjie
Jalan Pandudewanata No 155
Kartopuran Solo - Indonesia 57152

Bagi kalian tak tau apa itu Rock In Solo, Check This Out ROCK IN SOLO dan semoga kalian bisa bersenang-senang.


Keep Absurd and,
PMA!

Sunday, 9 January 2011

KITA BELUM SIAP!

Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera kawan dan abstraker.

Selamat tahun baru dan semoga tahun 2011 ini kita semua lebih baik dan berbahagialah ditahun ini. Berikut adalah tulisan pertama gw pada tahun ini dan sedikit serius, namun gw menulis ini berdasarkan apa yang gw alami dan hasil pengamatan gw. Gw menulis ini bukan bermaksud dari pada menyerang ataupun melecehkan namun hanya sebagai pengamatan saja. Adapun kalau ada salah, mari kita koreksi bersama. Tulisan kali ini akan saya beri judul "KITA BELUM SIAP!"

Liburan tahun baru ini gw pulang ke Jakarta dan inilah pertama kalinya gw pulang naik pesawat. Gw berangkat dari Yogya-Jakarta penerbangan 20.10 WIB. Pada penerbangan ini gw melihat banyak orang-orang yang akan kembali ke Jakarta dan tak sedikit pula wisatawan asing yang terbang bersama. Kebetulan yang duduk disamping gw adalah wisatawan asing dan I think he is chinese. Sehabis ia menghempaskan badannya pada kursi, ia meraih laptopnya, mematikan laptop, cell-phone, memasang seat-belt, dan membaca buku dengan khusuk dan nikmat. Sekilas hal itu biasa saja dan tak ada yang aneh namun bagi saya ini cukup berbeda dengan masyarakat kita. Pada penerbangan selanjutnya ketika gw pulang ke Solo, gw pun kembali menggunakan pesawat terbang. Pada kali ini mayoritas dan mungkin seluruhnya adalah orang lokal dan kebetulan disamping kanan gw adalah seorang ibu-ibu. Ketika ia duduk, baliau masih saja asik smsan melalaui telepon genggamnya, padahal larangan penggunaan telepon genggam sudah diberitahukan. Saat pramugari datang mengecek, beliau tampak panik, gugup, dan bahkan tak bisa mematikan telepon geggamnya padahal dia menggunakan dua telepon genggam. Melihat hal tersebut kontan gw teringat penerbangan pertama tadi bersama wisatawan luar tadi. Betapa jauhnya kesadaran kita akan hal ini dan tampak sang ibu belum siap untuk menaiki pesawat terbang.

Contoh lain yang membuat berpikir tentang KITA BELUM SIAP adalah tentang Blackberry (BB). Teringat benar dalam kemunculan Blackberry kepermukaan masyarakat awam Indonesia, betapa orang berbondong-bondong membeli blackberry bak kacang goreng. Bagi pengusaha dan orang yang memerlukan konektivitas unlimited maka BB adalah solusinya. Namun sekali lagi, kita tidak siap. Anak-anak remaja dan bahkan bocah ingusan pun tak kuat iman untuk menolak gadget satu ini. Bagi mereka dari kalangan yang berada tentu saja tak ada masalah dalam membeli barang satu ini namun bagi kalangan menengah kebawah tentu saja ini salah satu masalah. Berdasarkan pengamatan saya, banyak anak-anak dari kalangan menengah kebawah mengakali ini dari meminta paksa orang tua, menjual barang, ataupun memanipulasi uang-uang yang ada.

Contoh-contoh diatas bukan penggambaran secara generalisasi masyarakat Indonesia namun hanya pengamatan gw secara pribadi dan apa yang gw temukan. Gw menilai kalau kita, saya dan orang-orang yang saya amati, adalah orang-orang yang belum siap dalam kemajuan jaman. Mungkin kemajuan teknologi ataupun ilmu pengetahuan bisa kita pelajari secara mendadak dan otodidak akan tetapi disini kita belum siap secara mental.

Kita yang hidup dengan garis besar masih dalam kultur tradisional tampaknya belum siap untuk menyeberang kepada garis modernisasi yang banyak mengahamtam sendi-sendi kehidupan kita. Mental dan attitude kita pun tercermin dalam kelakuan tradisional kita para remaja. Kelakuan tradisional kita ini pun bukan tanpa alasan, para orang tua dan pemimpin kita pun cukup andil dalam menanamkan mental tradisional kedalam mental kita. Teringat ucapan Dr. Yanuar Nugroho dalam seminarnya di Fisip UNS, hanya di Indonesia saja orang sedang meeting dan dalam acara-acara penting nan formal yang memamerkan hp mereka di meja dan SMS-an selama acara tersebut berlangsung. "SmartPhone tak lantas membuat anda Smart!" tuturnya.

Yah segitulah sedikit otak ngawur gw dan pengamatan dari kacamata gw yg selalu buram. No offense and peace!

Keep absurd, vro!