Sunday, 9 January 2011

KITA BELUM SIAP!

Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera kawan dan abstraker.

Selamat tahun baru dan semoga tahun 2011 ini kita semua lebih baik dan berbahagialah ditahun ini. Berikut adalah tulisan pertama gw pada tahun ini dan sedikit serius, namun gw menulis ini berdasarkan apa yang gw alami dan hasil pengamatan gw. Gw menulis ini bukan bermaksud dari pada menyerang ataupun melecehkan namun hanya sebagai pengamatan saja. Adapun kalau ada salah, mari kita koreksi bersama. Tulisan kali ini akan saya beri judul "KITA BELUM SIAP!"

Liburan tahun baru ini gw pulang ke Jakarta dan inilah pertama kalinya gw pulang naik pesawat. Gw berangkat dari Yogya-Jakarta penerbangan 20.10 WIB. Pada penerbangan ini gw melihat banyak orang-orang yang akan kembali ke Jakarta dan tak sedikit pula wisatawan asing yang terbang bersama. Kebetulan yang duduk disamping gw adalah wisatawan asing dan I think he is chinese. Sehabis ia menghempaskan badannya pada kursi, ia meraih laptopnya, mematikan laptop, cell-phone, memasang seat-belt, dan membaca buku dengan khusuk dan nikmat. Sekilas hal itu biasa saja dan tak ada yang aneh namun bagi saya ini cukup berbeda dengan masyarakat kita. Pada penerbangan selanjutnya ketika gw pulang ke Solo, gw pun kembali menggunakan pesawat terbang. Pada kali ini mayoritas dan mungkin seluruhnya adalah orang lokal dan kebetulan disamping kanan gw adalah seorang ibu-ibu. Ketika ia duduk, baliau masih saja asik smsan melalaui telepon genggamnya, padahal larangan penggunaan telepon genggam sudah diberitahukan. Saat pramugari datang mengecek, beliau tampak panik, gugup, dan bahkan tak bisa mematikan telepon geggamnya padahal dia menggunakan dua telepon genggam. Melihat hal tersebut kontan gw teringat penerbangan pertama tadi bersama wisatawan luar tadi. Betapa jauhnya kesadaran kita akan hal ini dan tampak sang ibu belum siap untuk menaiki pesawat terbang.

Contoh lain yang membuat berpikir tentang KITA BELUM SIAP adalah tentang Blackberry (BB). Teringat benar dalam kemunculan Blackberry kepermukaan masyarakat awam Indonesia, betapa orang berbondong-bondong membeli blackberry bak kacang goreng. Bagi pengusaha dan orang yang memerlukan konektivitas unlimited maka BB adalah solusinya. Namun sekali lagi, kita tidak siap. Anak-anak remaja dan bahkan bocah ingusan pun tak kuat iman untuk menolak gadget satu ini. Bagi mereka dari kalangan yang berada tentu saja tak ada masalah dalam membeli barang satu ini namun bagi kalangan menengah kebawah tentu saja ini salah satu masalah. Berdasarkan pengamatan saya, banyak anak-anak dari kalangan menengah kebawah mengakali ini dari meminta paksa orang tua, menjual barang, ataupun memanipulasi uang-uang yang ada.

Contoh-contoh diatas bukan penggambaran secara generalisasi masyarakat Indonesia namun hanya pengamatan gw secara pribadi dan apa yang gw temukan. Gw menilai kalau kita, saya dan orang-orang yang saya amati, adalah orang-orang yang belum siap dalam kemajuan jaman. Mungkin kemajuan teknologi ataupun ilmu pengetahuan bisa kita pelajari secara mendadak dan otodidak akan tetapi disini kita belum siap secara mental.

Kita yang hidup dengan garis besar masih dalam kultur tradisional tampaknya belum siap untuk menyeberang kepada garis modernisasi yang banyak mengahamtam sendi-sendi kehidupan kita. Mental dan attitude kita pun tercermin dalam kelakuan tradisional kita para remaja. Kelakuan tradisional kita ini pun bukan tanpa alasan, para orang tua dan pemimpin kita pun cukup andil dalam menanamkan mental tradisional kedalam mental kita. Teringat ucapan Dr. Yanuar Nugroho dalam seminarnya di Fisip UNS, hanya di Indonesia saja orang sedang meeting dan dalam acara-acara penting nan formal yang memamerkan hp mereka di meja dan SMS-an selama acara tersebut berlangsung. "SmartPhone tak lantas membuat anda Smart!" tuturnya.

Yah segitulah sedikit otak ngawur gw dan pengamatan dari kacamata gw yg selalu buram. No offense and peace!

Keep absurd, vro!

No comments:

Post a Comment