Wednesday, 6 June 2012

A Documentary of Mocca: Life Keeps On Turning @ YK

Tempat yang nyaman, posisi yang tepat, serta film yang ciamik adalah gambaran dari pemutaran A Documentary of Mocca: Life Keeps On Turning di Lembaga Indonesia Prancis (LIP) Yogyakarta (6/6). Sesungguhnya seminggu sebelumnya tidak terpikirkan untuk menonton film ini karena sedang sibuk dengan rutinitas kuliah yang menjemukan. Akan tetapi teman saya Yudita Trisnanda mengajak dan seperti biasa sip yes asal masih siang.

Sesungguhnya saya tidak tahu dimana letaknya dimana LIP namun Yudita bilang kalau dia tahu dimana letaknya dan maka saya mengucap syukur sehingga tidak harus buka google maps. Sempai di Yogyakarta dengan Prameks, mendung menyambut dan suara khas menyambut. Selalu Yogyakarta memberikan suasana khas dan membuat semua terasa santai. Sesampai di Sagan (ternyata dekat dengan UGM) ternyata sungguh luar biasa. Langit yang mendung, kawasan yang rindang, klasik, serta udara dingin menyeruak mengingatkan pada Kota Bandung namun tetap dengan suasa Yogyakarta. Sedari hati berkata bahwa bakalan asik acara pemutaran A Documentary of Mocca: Life Keeps On Turning.

Sesampai di LIP dan benar praduga hati. Efek sentimentil sedari sebelumnya atau memang saya yang sensitif namun suasana disana sungguh asik. LIP bisa dibilang sebuah tempat les Bahasa Prancis namun tempatnya terlalu asik dan sangat pas untuk dijadikan tempat nongkrong. Terdapat sebuah kafetarian kecil, tempat duduk yang pas, serta suasana bangunan yang tertata baik sungguh sedap dipandang mata.
Tiket sekaligus gambar tempel A documentary of Mocca: life keeps on turning
Menuju kedalam LIP, langsung disambut oleh teman-teman Swinging Friends (sebutan untuk fans Mocca) dan panitia penukaran tiket. Sekali lagi desain interior disana sungguh mengasikan. Lampu yang kuning, poster-poster entahlah mungkin terpajang wajah orang-orang Prancis, serta belasan orang yang menggenakan kaos band-band indie. Melayang sebuah imajinasi kedepan sana sembari berucap, "An***g, tempatnya cozy abis dan semoga Solo punya tempat semacam ini."

Langsung menuju ruang pemutaran dan disana sudah tampak ramai oleh Swinging Friends yang bersiap menyaksikan A Documentary of Mocca: Life Keeps On Turning. Tampaknya ruang seminar yang disulap menjadi sebuah theater dadakan namun sungguh nyaman didalamnya. Jujur, ruang seminar ini bisa dibilang lebih nyaman dan asik ketimbang runag seminar di FISIP UNS. Ruangan yang sejuk, serta posisi untuk audience sangat nyaman untuk menyaksikan A Documentary of Mocca: Life Keeps On Turning.
Sesaat sebelum pemutaran A Documentary of Mocca: Life Keeps On Turning
Tampaknya datang disaat yang tepat dan posisi yang pas juga sehingga film langsung dimulai. A Documentary of Mocca: Life Keeps On Turning dimulai. A Documentary of Mocca: Life Keeps On Turning dibuka dengan penampilan Mocca saat Last Concert dan mendadak mengawang kembali setahun silam. Secara keseluruhan film ini sangat mengasikan, dan ada beberapa scene yang sangat saya ingat. Pertama adalah scene saat Saleh Husein (@Aleantipony) diwawancarai di Ruru saat penjualan tiket konser Mocca. Ini adalah scene yang paling lucu dan menggemaskan. Kemudian Scene saat Rico memberikan testimoni soal Mocca di dalam mobil, dan ini merupakan scene yang paling mengharukan. Teknik pengambilan gambar serta editing yang ciamik memanjakan mata selama A Documentary of Mocca: Life Keeps On Turning  diputar. Saat melihat credit tittle diakhir film, ternyata salah satu seniman idola saya Anggun Priambodo turut ikut andil dalam pembuatan film ini. Akan tetapi, secara personal, jalan cerita yang disuguhkan masih kurang kuat untuk mengantarkan klimaks di ujung film. 
WIth Yudita Trisnanda
Rabu yang luar biasa tersuguhkan. Bertemu dengan orang-orang yang menyenangkan, tempat yang asik, moment yang intim, serta bertemu teman lama yang kini kian kece adalah sebuah kepuasan batiniyah. Mungkin hari rabu (6/6) akan menjadi pengantar untuk konser Mocca di tanggal 30 Juni 2012 nanti. A Documentary of Mocca: Life Keeps On Turning sebuah film dokumenter yang menyenangkan dan sangat direkomendasikan untuk ditonton. Semoga suatu saat nanti, film ini diproduksi masal dan saya bisa mengkoleksinya.

No comments:

Post a Comment