Monday 25 June 2012

Mendadak Bandung (3)

Minggu, hari sisa antara kesenangan dan kepedihan yang siap menanti, menjelang dengan matahari yang hangat menyambut dan hembusan udara sefar menusuk relung. Enam pagi, sebuah petunjuk waktu yang jarang saya nikmat dan biasanya berlalu dengan sekedip. kamar sepi dan televisi yang menyala menjadi sebuah ucapan selamat pagi. Bergegas menuju kamar mandi untuk kembali mandi dan menemui teman lama saya Nuri yang sudah menunggu manis di kontrakannya. Janji manis terucap untuk menemani laju kaki mencari dimana saya akan mencari tempat tinggal untuk beberapa bulan kedepan. Dering selular menggema sepanjang menit dan belasan SMS mengantri untuk dibaca. Segera bergegas dan tiada lupa untuk sarapan sejenak yang diberikan oleh penginapan. Sebuah nasi kuning yang lezat dan menggugah selera sedia untuk disantap. Tak perlu waktu yang lama, segera bergegas untuk menerjang Kota Bandung di akhir pekan.

Nuri || She's li'll bit paranoid with Photo shot
Dalam 30 menit, sampai sudah di depan pintu sebuah kontrakan yang sudah familiar dengan warna biru langit. sebuah senyum manis menyambut dan celotehan khas tanpa basi-basi terucap dengan lancar tanpa canggung dari Nuri. For your info, Nuri merupakan salah seorang teman saya sedari SMA dan sampai saat ini masih berhubungan dengan baik. Tujuan pertama untuk pagi ini adalah Kawasan Gasibu, 10 menit untuk di gapai melalui kontrakan Nuri. Ketika sesampainya disini, melayang sudah ingatan beberapa tahun silam bahwa Gasibu ini layaknya Parkir Timur Senayan di Minggu pagi. Penjaja kaki lima menggelar barang dagangannya dan semua serba murah meriah. Namun tiada yang menarik bagi saya selain penjual sarapan di pagi ini. Sarapan kedua bagi saya serta pertama bagi Nuri yang sudah mengeluh dengan perutnya yang sudah bergema.

Usai Gasibu terlewati maka perjalanan dimulai. Sesungguhnya semua jalan sudah diarungi dan libas dengan baik, dari jalan utama sampai jalan tikus, harga yang sangat miring sampai harga yang melangit, serta dari ujung menuju ujung satu laginya pun sudah diarungi. Intinya adalah mencari kos lebih susah ketimbang mencari tempat untuk magang bagi saya. Menit terlewati, jam terlupa, dna matahari pun siap sedia bersembunyi di gelapnya malam. Mungkin bisa dibilang juga bahwa pencarian kos kali ini merupakan wisata kuliner terselubung bilangan Dipatiukur. Akan tetapi tampaknya dadu keberuntungan sedikit bergulir dan sebuah kos ciamik pun diketemui dengan mulus dan siap. Sebuah perjanjian yang ditunggu pun terjadi dan semua mengucap syukur. Kamar yang cukup luas, kamar mandi dalam, pemandangan layaknya di Jakarta, serta berbagai perangkat fasilitas lainnya pun tersedia. Teruntuk mengakhiri perjalanan kali ini, sebuah makan malam bersama Nuri dan menu spaghetti pun dipilih. Saatnya kembali menuju penginapan dan bersiap untuk perjalan terakhir di esok hari.

No comments:

Post a Comment